Madiun (ANTARA News) - Dua siswa SMA Negeri 5 Kota Madiun, Jawa Timur, Nina Milasari (17) dan Christina Kartika Bintang Dewi (15), meraih medali emas dalam International Environmental Project Olympic (INEPO) 2010 yang diselenggarakan di Kota Istanbul, Turki, 19 hingga 22 Mei lalu.
Kedua siswa berprestasi itu tiba di Tanah Air disambut hangat saat menginjak halaman SMA Negeri 5 Kota Madiun, Selasa.
Nina dan Christina disambut kalungan bunga oleh para guru, sedangkan teman-teman sekolahnya menyambut dengan membawa poster bertuliskan "Welcome de Champion INEPO 18th 2010".
"Saya senang sekali. Akhirnya, kami berhasil meraih medali emas dalam ajang lomba karya ilmiah tingkat internasional. Ini adalah prestasi bersama," ujar Nina.
Dalam olimpiade tersebut, keduanya menunjukkan dan mengujikan karya ilmiah berjudul "The Use Of Sugar Factory Dust in Making Seismic Resistant Bricks" atau Kegunaan Limbah Abu Asap Pabrik Gula untuk Pembuatan Batu Bata yang Tahan Gempa di hadapan 25 juri.
Menurut Nina, ada 110 finalis dari 45 negara yang menunjukkan dan mengujikan hasil karya ilmiahnya di ajang INEPO itu.
Ada 11 tim yang meraih emas dan empat tim diantaranya dari Indonesia, termasuk tim dari SMA Negeri 5 Kota Madiun.
Berkat bimbingan para gurunya, kedua siswa SMAN 5 Kota Madiun itu berhasil menciptakan konstruksi batu bata yang dinilai tahan gempa.
Inovasi teknologi mereka itu diciptakan melalui eksperimen berkali-kali yang memakan waktu sekitar satu tahun.
"Kami memanfaatkan abu asap dari proses pembakaran bahan baku gula yang banyak terdapat di pabrik-pabrik gula. Abu asap itu mengandung silikat yang tinggi," katanya.
Silikat adalah senyawa yang mengandung satu anion dengan satu atau lebih atom silikon pusat yang dikelilingi oleh elektronegatif.
"Silikat atau silikon dioksida (SiO2) itu memiliki daya rekat yang tinggi dan biasa digunakan bahan baku pembuatan semen atau konstruksi lainnya," katanya.
Awalnya, mereka memanfaatkan abu asap tersebut untuk briket yang biasa dijadikan bahan untuk pembakaran.
Setelah tahu mengandung silikat yang tinggi, maka mereka mencoba memanfaatkannya untuk pembuatan batu bata.
"Batu bata yang bahan bakunya dicampur dengan silikat menjadikan batu bata lebih ringan sehingga lebih tahan getaran atau gempa. Konstruksi bahan bangunan ini cocok untuk di daerah yang rawan gempa," katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kemahasiswaan SMA Negeri 5 Kota Madiun, Priyo Ami Susilo, mengatakan bahwa prestasi yang diraih oleh Nina Milasari dan Christina Kartika Bintang Dewi ini bukan hanya menjadi kebanggaan sekolah, namun juga kebanggaan Indonesia dan Kota Madiun.
"Apa yang didapat keduanya merupakan imbalan yang layak atas usaha dan perjuangan yang dilakukan oleh Nina dan Christina dan pihak sekolah. Itu kebanggaan bagi Indonesia dan Kota Madiun," ujarnya.
Ke depan, siswa SMA Negeri 5 Kota Madiun akan didorong untuk terus berprestasi di bidang karya ilmiah dan di bidang akademik, baik di kancah regional, nasional, maupun internasional.
Nina Milasari merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sri Wahyuni dan Waluyo yang tinggal di Desa Kincang Wetan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun.
Setiap hari, dia harus menempuh perjalanan sekitar 10 kilometer menuju ke sekolahnya yang berada di dekat Gedung Olah Raga (GOR) Wilis, Kota Madiun tersebut.
Ayahnya bekerja di Perum Pegadaian, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.
Sementara, Christina merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara dari pasangan Murtini dan almarhum Hendrawan.
Dara ini memang bercita-cita ingin menjadi peneliti. Kelak, ketika sudah lulus perguruan tinggi, dia ingin menjadi salah satu ilmuwan dan masuk ke LIPI.
Nina bersama Christina dan guru pembimbingnya telah banyak melakukan penelitian dan percobaan ilmiah. Hasilnya cukup mengesankan dengan mendapatkan pengakuan dan penghargaan tingkat lokal, regional, hingga nasional.
Pada 20 Februari 2010, Nina Milasari mendapatkan penghargaan dalam karya ilmiah berjudul "Menyingkap Bom Waktu Pabrik Gula, Abu Cerobong, dan Batu Bata Tahan Gempa" dari Universitas Brawijaya, Malang.
(T.E011/I007/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010