"Sangat disayangkan terjadinya kebuntuan. Perlu ada solusi yang bijak untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut," kata Alfan Alfian ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.
Sebelumnya, pada Munas IX SOKSI di Cisarua, Bogor Minggu (23/5), pendiri Prof Suhardiman menggunakan haknya sesuai keputusan Rapat Pimpinan SOKSI tahun 2006 bahwa dalam keadaan memaksa dan mendesak, pendiri bisa mengambil alih SOKSI.
Suhardiman menyatakan mengambil alih SOKSI. Dia akan segera membentuk pengurus dengan didampingi beberapa Dewan Pimpinan Daerah (Depidar) dan lembaga konsentrasi dalam waktu tiga bulan.
Menurut Alfan Alfian, sangat tidak elok adanya pihak-pihak yang memaksakan kehendaknya guna mencari kekuasaan dengan melakukan manuver yang tidak sehat.
"Ini sangat tidak elok jika konflik ini terus terjadi di mana-mana ada kelompok-kelompok yang tidak puas," katanya.
Lebih lanjut Alfan mengatakan langkah yang diambil alih oleh pendiri terjadi karena adanya kebuntuan, dan ini merupakan solusi yang terbaik. Karena itu, harus dipatuhi oleh semua kader.
"SOKSI jangan terjebak dengan dualisme kepengurusan yang tidak menguntungkan siapa pun baik SOKSI maupun partai Golkar," katanya.
Guna menghindari hal ini, ujar Alfan, harus diselesaikan dengan baik dan bijak. Dengan demikian siapa pun yang nanti tidak terakomodir, dapat menerima dengan legowo.
"Semua pihak harus berfikir jernih jauh ke depan tidak perlu memaksakan kehendak dengan melakukan politik yang keras," katanya.
Menurut Alfan, SOKSI ke depan masih sangat dibutuhkan sebagai penopang kekuatan Partai Golkar. Hal itu terjadi mengingat kekuatan SOKSI yang mengakar di masyarakat masih menjadi potensi besar bagi suara Partai Golkar untuk Pemilu 2014.
"SOKSI sebagai sebuah kekuatan dengan jaringan yang mengakar merupakan potensi sosial dan politik yang sangat berarti bagi Golkar," kata Alfan.(*)
(J004/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010