Kunduz, Afghanistan (ANTARA News/Reuters) - Gerilyawan Taliban menembak mati seorang sesepuh pro-pemerintah Afghanistan yang menolak pengaruh militan di sebuah provinsi wilayah utara dan akan menghadiri pertemuan perdamaian yang disponsori pemerintah, kata polisi, Senin.

Taliban melakukan gelombang pembunuhan dalam dua bulan terakhir dengan sasaran wakil wali kota Kandahar dan para pejabat lain menjelang ofensif yang direncanakan NATO di provinsi wilayah selatan itu.

Mohammad Uraz Zabet, seorang komandan yang menentang pendudukan Uni Sovyet atas negaranya pada 1980-an, dibunuh oleh gerilyawan di rumahnya di provinsi Faryab, kata deputi kepala kepolisian provinsi Mohammad Afzal Imamzada.

Dua tamu Zabet terluka dalam serangan itu, yang dilakukan oleh lima orang bersenjata yang naik sepeda-motor, kata Imamzada melalui telefon.

Zabet adalah salah seorang dari sekitar 1.300 tamu yang akan menghadiri pertemuan pada awal bulan depan di Kabul untuk membahas prospek perdamaian.

"Kami tahu penyerangnya adalah Taliban," kata Imamzada.

Meski umumnya aktif di wilayah-wilayan selatan dan timur, Taliban juga beroperasi di daerah-daerah kantung utara.

Juga Senin, sebuah bom menghancurkan minibus di Afghanistan barat, menewaskan lima warga sipil dan melukai delapan lain, beberapa diantaranya dalam keadaan kritis.

Serangan itu merupakan tanda terakhir meningkatnya kekerasan di Afghanistan barat yang relatif damai.

Taliban mengobarkan kekerasan berdarah di Kandahar dengan serangan-serangan bunuh diri dan pemboman serta pembunuhan pejabat pemerintah, keluarga dan kerabat mereka.

Taliban membunuh lebih dari selusin pejabat dan sesepuh suku dalam dua bulan terakhir.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Presiden Hamid Karzai memperingatkan bahwa pasukan harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.

Saat ini terdapat lebih dari 120.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010