"Hal itu merupakan tantangan sekaligus harapan bagi Anas untuk mengelola sumber daya politik Partai Demokrat setelah era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam konteks ini, Anas harus mampu membentuk strategi komunikasi politik yang lebih matang," katanya di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, setelah era SBY eksistensi Partai Demokrat dipengaruhi oleh kekuatan manajemen kelembagaan organisasi yang dimiliki sebagai partai politik modern. Anas harus mampu membawa modernisasi bagi partai ini.
"Figur SBY memang tidak dapat dilepaskan, tetapi secara bertahap Anas juga harus melembagakan Partai Demokrat, karena mesin partai tidak dapat selamanya bertumpu pada tokoh. Dalam hal ini, SBY dapat membantu transisi pada 2014," katanya.
Ia mengatakan terpilihnya Anas sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat masih menyimpan beban politik yang cukup berat, karena saat ini partai tersebut telah diakui sebagai partai politik papan atas nasional.
Apalagi, kata dia, Partai Demokrat telah memenangi pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden pada 2009.
"Hal itu membuktikan figur SBY mampu menjadi daya pikat luar biasa yang ikut mengangkat dan meningkatkan kekuatan Partai Demokrat, sehingga mampu memenangi pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden 2009, dan masuk dalam jajaran partai politik papan atas nasional," katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut menjadi tantangan terbesar yang menghadang Anas setelah era SBY. Figur dan kepemimpinan Anas tampaknya menjadi tumpuan harapan bagi Partai Demokrat untuk mengelola sumber daya politik partai ini.
"Kemenangan Anas dalam Kongres II Partai Demokrat tidak lepas dari faktor menguatnya kepercayaan dan kharisma figur politikus muda itu. Anas dinilai memiliki kepribadian yang tenang, dapat dipercaya, dan kompeten dalam mengelola manajemen keorganisasian serta sumber daya politik," katanya. (B015/M008)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010