Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Anggito Abimanyu mengatakan tugas kepala BKF selanjutnya adalah mewaspadai krisis Yunani yang dikhawatirkan menjalar ke negara-negara Asia termasuk Indonesia.
"Jangan underestimate (meremehkan) Yunani. Yunani itu merupakan tantangan sendiri. Jadi, Yunani itu krisisnya bukan hanya eurozone tapi bisa menyebar hingga ke Jepang, Cina, Amerika." ujarnya saat ditemui di Kantor Badan Kebijakan Fiskal Jakarta, Senin.
Menurut dia, arus modal asal Eropa yang masuk ke Indonesia akan berbalik ke Yunani setelah Bank Sentral Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengucurkan dana talangan, apalagi negara-negara Eropa kemudian menyedot kebutuhan dana talangan dari penerbitan surat utang berperingkat triple A yang jauh lebih menarik bagi investor.
Ia mengatakan, semakin banyak kebutuhan Yunani, akan semakin banyak dana yang diambil dari pasar, khususnya pasar negara berkembang.
"Jadi, negara-negara yang punya tingkat utang sangat tinggi pasti akan menarik uang-uang dari emerging market ke mereka untuk membiayai utang-utang mereka, membiayai utang-utang dari negara maju khususnya eropa," ujarnya.
Menurut dia, investor melarikan modalnya ke Indonesia karena kondisi Eropa yang tak menentu setelah pecahnya krisis Yunani dan terpilihnya Indonesia karena memiliki tingkat inflasi rendah dengan tingkat imbal hasil yang tinggi namun semakin membaiknya kondisi Yunani, maka perekonomian Eropa akan lebih meyakinkan dan investor menarik modalnya di Indonesia.
"Sekarang Yunani sudah dibailout eurozone, IMF, dan Bank Sentral Eropa, sehingga mereka akan terbitkan surat utang lagi dengan rating yang tinggi dan itu akan diburu oleh investor namun harus hati-hati meskipun saya yakin itu kita punya fundamental ekonomi yang bagus," ujarnya.
Menurut dia, krisis Yunani tidak akan separah krisis global pada 2008, namun ia mengingatkan mengenai aliran dana asing yang mungkin keluar dari Indonesia, walau secara fundamental dengan APBN dan kebijakan moneter yang adaptif Indonesia bisa menjadi daya tarik bagi investor.
Tantangan kedua yang harus dihadapi Kepala BKF, menurut Anggito adalah mengubah investasi jangka panjang menjadi investasi fisik yang menghasilkan lapangan pekerjaan karena pemerintah tak bisa mengandalkan pertumbuhan yang tinggi dari konsumsi domestik.
"Modal yang masuk bisa menjadi investasi jangka panjang menjadi investasi fisik yang menghasilkan lapangan pekerjaan. inilah tantangan terbesar. kalau growth (pertumbuhan) kita tinggi tapi karena konsumsi domestik, itu tidak sustainable, jadi butuh investasi fisik," ujarnya.
Kemudian, tantangan selanjutnya adalah langkah-langkah jelas untuk eksekusi proyek infrastruktur yang telah disiapkan pemerintah, seperti jalan tol dan listrik.
Mengenai penggantinya, dia mengatakan karena hanya memberi rekomendasi dan tidak menghasilkan kebijakan maka jabatan Kepala BKF bisa diemban oleh pejabat sementara.
"Kalau definif liat yang terbaik, bisa dari Kementerian Keuangan, pemerintah atau universitas," ujarnya.
(ANT/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010