Bengkulu (ANTARA) - Infrastruktur jaringan internet yang tidak memadai menghambat kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu, yang merupakan pulau terluar di wilayah barat Indonesia berbatasan dengan negara India.

"Untuk akses komunikasi di Enggano yang berfungsi hanya internet desa, bantuan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Itu pun terbatas karena tidak seluruh warga bisa menggunakan internet," kata Kepala Desa Malakoni Tedy Sunardi di Enggano, Senin.

Sumber internet berbasis satelit melalui perangkat Vsat milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Akses Internet (Bakti Aksi) Kementerian Komunikasi dan Informatika yang ada di kantor desa hanya sanggup untuk berkirim pesan singkat karena kapasitas jaringan yang kecil.

Ketika terjadi badai atau cuaca buruk, maka layanan internet satelit yang menjadi penopang komunikasi satu-satunya akan terhambat. Keterbatasan ini membuat masyarakat pulau kesulitan dalam mengakses ragam berita dan informasi terbaru.

Baca juga: Logistik pilkada ke Pulau Enggano diangkut kapal perang

Baca juga: Pertamina antisipasi cuaca ekstrem, kawal stok BBM di Enggano

"Internet menjadi kendala utama dalam mengirim informasi dari dalam maupun luar pulau," kata Tedy.

Terdapat tiga menara (tower) infrastruktur telekomunikasi yakni di Desa Banjarsari, Malakoni, dan Kayapu. Padahal luas wilayah Pulau Enggano ini mencapai 400,6 kilometer persegi, sedangkan jaringan 4G yang cepat dan stabil hanya ada di Desa Kayapu.

"Khusus Desa Malakoni untuk mengirim informasi melalui aplikasi terpaksa menggunakan internet desa, kemudian warga dibatasi," ujar Tedy.

Pihak desa mengakalinya dengan mengganti password WiFi publik agar pengiriman berkas bisa cepat, namun dampaknya warga tak memiliki akses internet.

Jika berkas dari desa berhasil terkirim, maka password WiFi yang baru dan sudah diganti itu akan dibagikan kepada warga.

Sementara itu Dosen Kelautan Universitas Bengkulu Mukti Dono Wilopo yang saat ini sedang melakukan penelitian di Pulau Enggano mengaku terhambat menggelar perkuliahan karena akses internet yang tak memadai.

"Kuliah daring tapi akses internet sulit, terpaksa tidak ada kelas," kata Mukti.

Warga mengakses aplikasi pengiriman pesan melalui layanan internet desa di Pulau Enggano, Bengkulu, Sabtu (5/12/2020). Infrastruktur jaringan internet yang tidak memadai menghambat kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat di Pulau Enggano, yang merupakan pulau terluar di wilayah barat Indonesia berbatasan dengan negara India. (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Sebagai pulau terluar, maka sudah sepantasnya masyarakat di Pulau Enggano mendapatkan layanan internet cepat dan murah dari pemerintah karena warga pulau merupakan benteng pertama pertahanan Indonesia.

Sekedar informasi, pekerjaan utama masyarakat di Enggano adalah nelayan dan petani. Kapal merapat dua kali dalam sepekan dengan durasi pelayaran selama 12 jam mengarungi Samudera Hindia dari Pelabuhan Pulau Bai di Kota Bengkulu menuju Pulau Enggano.

Terdapat pula pesawat perintis berkapasitas 12 orang dengan penerbangan dua kali dalam sepekan. Durasi terbang dari Bandara Fatmawati di Kota Bengkulu menuju Bandara Enggano hanya sekitar 50 menit.

Ketersediaan internet yang memadai juga dapat menjadi mesin pendorong kemajuan di Pulau Enggano. Dengan internet cepat dan memadai, maka promosi wisata dan pasar akan terbuka sehingga memicu geliat ekonomi warga.

Masyarakat di Pulau Enggano sangat mengharapkan adanya pembangunan masif infrastruktur baik itu internet, transportasi, jalan, hingga listrik selama bertahun-tahun. Namun, hingga kini harapan itu belum juga terwujud.*

Baca juga: Warga Enggano bertekad pertahankan zona hijau COVID-19

Baca juga: Gempa magnitudo 5,0 guncang Enggano Bengkulu Utara

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020