Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Longsor setinggi 100 meter dan panjang 400 meter di kawasan Bukit Barisan di Dusun Talang Ayik Salak, Kecamatan Jangkarmas, Dempo Utara, Kota Pagaralam, Sumsel telah merusakkan puluhan ribu tanaman kopi.
ANTARA yang mengamati di lokasi, Senin, melaporkan, longsor yang terjadi Minggu (23/5) itu nyaris menimbun tiga pondok warga setempat yang berjarak sekitar 1 meter dari tebing runtuh tersebut.
Lokasi longsor berjarak sekitar 4 kilometer dari Dusun Jabat Akar, Kelurahan Jangkarmas, Kecamatan Dempo Utara.
Bencana ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Pagaralam dalam satu minggu terakhir ini, sehingga mengakibatkan sejumlah daerah terutama Bukit Kayu Manis longsor cukup besar.
Kemudian ada juga hutan di sepanjang sungai sudah banyak beralihfungsi dan gundul.
Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, tapi kerusakan kebun kopi cukup arah mencapai puluhan hektare akibat longsor itu.
Terdapat lima titik lokasi perbukitan itu yang mengalami longsor.
"Sebetulnya sudah berulang kali terjadi longsor dan banjir bandang termasuk yang berada di daerah Bukit Kayu Manis, Kecamatan Dempo Utara. Sebagian besar posisi areal perkebunan kopi dan persawahan sudah rusak akibat banjir dan longsor itu, pada saat hujan deras berlangsung," kata warga setempat Edo.
Dia menyatakan, akan cukup membahayakan bagi warga pemilik kebun jika tetap tinggal di sekitar lokasi longsor, apalagi ada tiga pondok hanya berada sekitar 2-3 meter saja dari lokasi tersebut.
Bencana alam ini biasanya sulit dilakukan penanggulangan, mengingat lokasi ini kebanyakan kebun kopi bukan hutan.
"Dampak kerusakan bukan hanya ribuan batang kopi, tapi juga membuat sawah mengecil tertimbun tanah. Daerah ini paling sering terjadi bencana alam bila memasuki musim hujan terutama banjir bandang. Kemungkinan kondisi ini dampak dari kerusakan hutan di lereng Gunung Dempo," kata dia pula.
Sebetulnya, lanjut dia, bencana alam ini terjadi akibat letak daerah itu berada di aliran sungai dan semuanya bermuara di sekitar hutan lindung Gunung Dempo serta Bukit Dingin.
Kedua daerah itu juga banyak kondisi hutannya sudah rusak setelah terjadi penggundulan.
"Memang longsor dan banjir sudah puluhan kali terjadi, sehingga kondisi lingkungan di sepanjang aliran Sungai Selangis di Kelurahan Agunglawangan banyak berkurang dan berubah," ujar dia lagi.
Sekitar 15 tahun lalu keberadaan sungai itu, tidak begitu luas dan hampir setiap hari dilewati warga untuk meladang dan ke sawah tanpa harus menggunakan jembatan masih bisa diseberangi.
Tapi sekarang sudah banyak mengalami pelebaran dan permukaan sungai mulai dangkal, bila hujan deras sebentar saja sudah banjir.
Sebelumnya di bantaran sungai banyak pohon kayu besar dan ada juga megalit batu berbentuk kerbau, tapi sekarang akibat sering banjir dan longsor semuanya berubah termasuk megalit itu juga mengalami merusakan, kata dia.
Kepala Badan Kesbanglinmaspol dan PBA Pagaralam, Yapani Rachim, mengakui memang ada beberapa daerah cukup rawan terjadi bencana alam berupa longsor dan banjir badang.
Namun untuk mengantisipasi sudah disiagakan tim pengendalian bencana mulai dari tingkat kelurahan di kota termasuk tim SAR.
Untuk mengantisipasi terjadi kerusakan hutan, Pemkot Pagaralam sudah memprogramkan penanaman pohon kayu penghijauan, hingga kini tercatat sekitar 4 juta batang yang sudah ditanam, kata dia pula.
(L.*B014/B014/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010