kendala yang dihadapi saat ini terkait dengan pembibitan dan pengembangbiakan populasi ternak adalah kurangnya jumlah sapi indukan.

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan menginginkan penyediaan sapi indukan tidak bergantung pada impor sehingga pembangunan sektor peternakan harus benar-benar memperhatikan aspek hulu khususnya pembibitan dan pengembangbiakan populasi ternak.

"Keinginan kami adalah bisa mandiri, tidak lagi bergantung pada impor," kata Daniel Johan dalam rilis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, kendala yang dihadapi saat ini terkait dengan pembibitan dan pengembangbiakan populasi ternak adalah kurangnya jumlah sapi indukan.

Baca juga: Kementan kembangkan indukan sapi belgian blue dan wagyu di 12 provinsi

Ia mengingatkan bahwa saat ini Indonesia masih mengimpor dalam jumlah cukup besar yakni kurang lebih 1,5 juta ekor sapi per tahun.

"Sehingga sangat penting untuk memperbanyak indukan yang dibutuhkan minimal satu juta indukan agar ke depan kita bisa mencapai kemandirian protein dari sapi," jelas Daniel.

Untuk itu, ujar dia, jika impor indukan sapi dilakukan, harus tetap memperhatikan kesiapan para tenaga-tenaga kerja yang nantinya bertugas untuk mengurus dan merawat indukan sapi tersebut.

Selain minimnya sapi indukan, ujar dia, ada hal lain yang harus menjadi perhatian yaitu ketersediaan dan kesanggupan para peternak terkait pemberian pakan untuk sapi.

Baca juga: NTB siap wujudkan program 1.000 Desa Sapi

Ia mengingatkan jangan sampai para peternak yang menerima sapi hasil impor tidak sanggup untuk merawat dan kesulitan dalam memberi pakan. Oleh karenanya, ia mengimbau upaya dalam memenuhi jumlah sapi indukan harus dicermati dari hulu hingga hilir, agar nantinya impor sapi tidak berakhir sia-sia.

"Kami harapkan dalam waktu dekat kita tidak lagi tergantung oleh impor kita bisa mandiri, berdaulat ke masyarakat, dan bisa menghasilkan sendiri protein tanpa tergantung dari impor," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Prasarana dan Sarana Pertanian Nasrullah memaparkan, sebanyak 49 persen per tahun dari kebutuhan daging di Indonesia saat ini atau sebanyak kurang lebih 1,5 juta masih mengimpor dari luar negeri.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian menyatakan tengah mengembangkan indukan sapi premium berkualitas, yakni belgian blue (BB), wagyu dan galician blond di 12 provinsi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan sebagai upaya mengurangi impor sapi dalam jangka panjang.

Kepala Seksi Pelayanan Teknis Pemeliharaan Ternak Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Kementan menjelaskan bahwa total semen yang akan dilakukan inseminasi pada sapi lokal milik peternak ditargetkan mencapai 50.000 dosis, terdiri dari 8.000 dosis untuk sapi wagyu, galician blond 20.000 dosis, dan belgian blue 22.000 dosis.

"Rencana pengembangan sapi wagyu, galician blond dan belgian blue sudah kita tetapkan melalui program Sikomandan. Ada 12 provinsi yang akan kami coba untuk dilakukan introduksi," kata Yanyan.

Baca juga: Kementan luncurkan bank pakan ternak dukung swasembada protein hewani

Yanyan menyebutkan bahwa terdapat 12 provinsi yang sudah ditunjuk untuk dilaksanakan program pengembangan sapi premium melalui program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) Kementan.

Provinsi tersebut, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020