Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sudjito menilai pidato Sri Mulyani di hadapan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi beberapa waktu lalu menunjukkan kekecewaannya karena integritasnya selama ini ternyata tidak bersambut.
"Pernyataan Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sempat menyinggung masalah perkawinan politik tersebut menunjukkan bahwa ia begitu kecewa karena integritas dan ketegasannya selalu terhalang politik kompromi," katanya di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, pernyataan Sri Mulyani tersebut juga menyindir perilaku para elit politik baik di eksekutif maupun legislatif yang sering tidak pada tempatnya dan meninggalkan etika dalam kehidupan berpolitik.
"Pernyataan tersebut merupakan rangkaian kegelisahan Sri Mulyani selama menjadi pejabat publik, karena selama itu pula ia telah banyak mengorbankan integritasnya," katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya dalam kasus skandal Bank Century, Sri Mulyani siap bertanggung jawab dan menghadapi kasus tersebut tetapi kompromi-kompromi politik akhirnya mengalahkan ketegasannya tersebut.
"Sri Mulyani siap bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kasus Bank Century, namun kompromi-kompromi politik telah mengunci niatnya untuk memaparkan kasus tersebut secara transparan," katanya.
Kandidat doktor ilmu sosial ini mengatakan, atas keresahan itulah akhirnya Sri Mulyani memilih untuk menerima tawaran sebagai "Managing Director World Bank (Bank Dunia).
"Pengunduran diri Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan tersebut sebenarnya sarat dengan pesan moral, hal tersebut juga hampir sama dengan mundurnya Anggito Abimanyu dari tubuh Kementerian Keuangan, bahwa selama ini struktur kelembagaan sangat rentan dengan kompromi politik" katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya mundurnya Sri Mulyani tersebut merupakan kerugian besar bagi pemerintah dan sekarang yang mendapat nilai lebih justru Sri Mulyani karena integritas yang dibangunnya selama ini.
"Kompromi politik yang dibangun tersebut ternyata harus dibayar mahal dengan perginya Sri Mulyani, ini kerugian besar bagi bangsa ini" katanya.(*)
(U.V001/H008/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010