Jenewa (ANTARA) - Kemajuan vaksin COVID-19 baru-baru ini merupakan sesuatu yang positif, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir kemajuan itu telah menyebabkan persepsi yang berkembang bahwa pandemi telah berakhir, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat (4/12).
Inggris pada Rabu (3/12) menyetujui vaksin COVID-19 Pfizer Inc, meningkatkan harapan dapat melawan virus yang telah menewaskan hampir 1,5 juta orang secara global, menghancurkan ekonomi dunia, dan memutarbalikkan kehidupan normal.
"Kemajuan terkait vaksin memberi kita semua dorongan dan sekarang kita bisa mulai melihat titik terang. Namun, WHO khawatir bahwa ada persepsi yang berkembang bahwa pandemi COVID-19 sudah berakhir," katanya.
Tedros mengatakan pandemi masih akan berlangsung panjang dan bahwa keputusan yang dibuat oleh warga dan pemerintah akan menentukan kelangsungan pandemi dalam jangka pendek dan kapan pandemi akan berakhir.
"Kami tahu ini merupakan tahun yang sulit dan orang-orang lelah, tetapi di rumah sakit yang beroperasi pada batas atau melebihi kapasitas, itu yang paling sulit," katanya.
"Kenyataannya adalah pada saat ini, banyak tempat menghadapi penularan virus COVID-19 yang sangat tinggi, yang memberikan tekanan besar pada rumah sakit, unit perawatan intensif, dan petugas kesehatan."
Virus corona itu muncul di Wuhan, China, setahun yang lalu. Sejak itu, lebih dari 65 juta orang secara global dilaporkan terinfeksi oleh virus corona jenis baru tersebut dan 1,5 juta orang meninggal dunia.
Dua vaksin yang menjanjikan dapat segera menerima otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, dan sekitar 20 juta orang Amerika sudah dapat divaksinasi tahun ini. Keadaan itu membantu AS membendung gelombang virus di negara tersebut, yang terdampak paling parah di dunia.
Namun, ahli darurat utama WHO Mike Ryan juga memperingatkan pada Jumat agar semua pihak tidak berpuas diri setelah peluncuran vaksin.
Ia mengatakan bahwa meskipun menjadi bagian utama dari pertempuran melawan COVID-19, vaksin tidak akan dengan sendirinya mengakhiri pandemi.
"(Adanya) Vaksin bukan berarti nol COVID," katanya.
Ryan mengatakan beberapa negara harus mempertahankan langkah-langkah pengendalian yang sangat kuat untuk beberapa waktu ke depan atau mereka akan berisiko terkena "ledakan" dalam jumlah kasus, dan pandemi yang bergerak bolak-balik.
"Beberapa negara berada dalam momen penting. Ada sistem kesehatan di beberapa negara yang berada di titik kehancuran," katanya, tanpa menyebut negara tertentu.
Sumber: Reuters
Baca juga: WHO ingin setengah miliar dosis vaksin COVAX tersedia kuartal I 2021
Baca juga: WHO desak negara-negara pertimbangkan rencana musim ski terkait COVID
Ridwan Kamil dan Moeldoko bahas potensi kendala vaksinasi
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020