Denpasar (ANTARA News) - Umat Hindu Dharma di Bali, Sabtu merayakan Hari suci Kuningan, rangkaian Hari Raya Galungan yang bermakna memperingati Kemenangan Dharma (kebaikan) melawaan Adharma (keburukan).
Pada hari raya yang jatuh sepuluh hari setelah hari Galungan itu, umat Hindu menghaturkan sesaji (sesajen) di Pura, tempat suci umat Hindu maupun di merajan, tempat suci milik keluarga masing-masing.
Umat Hindu di kota Denpasar dan sekitarnya setelah melakukan persembahyangan di tempat suci keluarga (merajan) dan Pura Jagatnatha di jantung Kota Denpasar melakukan hal yang sama ke Pura Sakenan, Kelurahan Serangan, 12 km arah selatan kota Denpasar.
Mengenakan busana adat Bali, ribuan umat membludak ke Pura Sakenan, salah satu Pura "Sad Kahyangan" (Pura besar) yang piodalannya bertepatan dengan Hari Suci Kuningan.
Lokasi pura tersebut sebelum 1995 terpisah dengan daratan Pulau Dewata, sehingga umat Hindu yang bersembahyang ke sana harus menggunakan jasa perahu motor atau jukung.
Namun sekarang lokasi tersebut menyatu dengan daratan Pulau Bali, berkat adanya pengerukan dan perluasan yang dilakukan oleh Bali Turtle Island Development (BTID), sebuah perusahaan swasta nasional, sehingga daerah itu kini menyatu dengan daratan Bali.
Dengan demikian masyarakat secara mudah dapat menjangkau lokasi Pura dengan kendaraan bermotor.
Hari Raya Kuningan yang jatuh bertepatan dengan upacara besar (piodalan) di Pura Sakenan. Persembahyangan berlangsung sejak pagi hingga sore hari, serta satu hari sebelum dan sesudah puncak piodalan di Pura tersebut
Pihak panitia dan bendesa adat Serangan dalam mengantisipasi membludaknya umat bersembahyang ke Pura Sakenan menerapkan antrean masuk ke "mandala utama" (areal utama) pura guna mengikuti persembahyangan secara tertib dan khusyuk.
Selain itu menyediakan areal parkir yang cukup luas yang sanggut menampung ribuan sepeda motor dan kendaraan serta koordinasi dengan pecalang, keamanan desa adat setempat.
Wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Bali, dengan mengenakan pakaian adat Bali maupun kain ikut berbaur dengan umat Hindu menyaksikan jalannya upacara keagamaan yang berlangsung setiap 210 hari sekali.
Pura Sakenan, salah satu Pura "Sad Kahyangan" (pura besar) memiliki keunikan dan keistimewaan dibanding tempat suci lainnya di Pulau Dewata, yakni terdapat "Persada" yakni bangunan yang bertingkat-tingkat seperti limas.
Menurut sejarah pura Sakenan dibangun oleh Asthapaka, seorang pendeta Budha. Hal itu dilakukan karena sang pendeta kagum akan keindahan laut terpadu dengan keindahan daratan.
Sang pendeta merasa, bahwa di tempat itu ada suatu kekuatan suci, sangat baik untuk memuja Tuhan demi keselamatan dan kesejahteraan umat manausia. (Ant/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010