Beijing (ANTARA) - Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menyatakan bahwa rakyat di negaranya semakin bersatu pada saat mendapatkan tekanan dari pihak asing.
"Setiap kali politikus Amerika Serikat menyerang atau mencemarkan nama baik CPC (Partai Komunis China), maka rakyat China semakin bersatu dan semakin patriotis serta lebih tulus mendukung kepemimpinan CPC," ujarnya di Beijing, Jumat.
Dia menyampaikan pernyataan itu untuk menanggapi pertanyaan wartawan terkait kebijakan visa AS yang membatasi durasi kunjungan anggota CPC.
Dalam acara jumpa pers reguler, Hua mengecam kebijakan AS tersebut.
Hua menyatakan perlu ada saling pengertian tentang situasi di negara sendiri dan negara orang lain.
"Setidaknya mereka harus menjunjung tinggi sikap kesetaraan dan saling menghormati," ujar diplomat perempuan tersebut.
Dia mencatat bahwa sejak China dan AS menjalin hubungan diplomatik, AS sangat menyadari bahwa China adalah negara sosialis di bawah kepemimpinan CPC.
Hubungan kedua negara didasarkan pada konsensus bahwa kedua belah pihak mengakui dan menghormati perbedaan dalam sistem sosial mereka, demikian Hua.
Menurut dia, di bawah upaya bersama kedua negara dan rakyatnya masing-masing, hubungan bilateral telah mencapai perkembangan yang signifikan selama lebih dari 40 tahun terakhir dan telah membawa manfaat luar biasa bagi kedua negara dan berkontribusi dalam mengatasi tantangan global dan menjaga perdamaian, stabilitas, dan pembangunan dunia.
Pernyataan Hua dalam jumpa pers Jumat itu menjadi viral di TikTok, aplikasii video pendek asal China.
Di video berdurasi satu menit dan 19 detik itu terdapat beberapa pernyataan Hua mengenai curahan hati warganet China.
"Saya boleh, tapi kamu tidak boleh. Buktinya apa? Seperti, saya boleh menggunakan 5G, tapi kamu tidak. Saya punya kemampuan dibandingkan kamu, tapi kamu tidak. Saya boleh ungkap persoalan di Xinjiang, di Hong Kong, tapi kamu tidak boleh," tutur Hua, mengungkapkan perasaannya yang dianggap mewakili rakyat China yang saat ini dalam menghadapi tekanan dari Barat.
Baca juga: AS kembali batasi pemberian visa untuk anggota Partai Komunis China
Baca juga: AS susun daftar 89 perusahaan China yang terkait dengan militer
Baca juga: Mantan Menkeu China: Gesekan dagang tetap ada dengan AS di bawah Biden
Pengamat: Maslahat kemitraan strategis Indonesia dari Presiden Baru AS
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020