Jakarta (ANTARA News) - Setelah sempat mencapai rekor tertinggi baru diatas 2.900 beberapa waktu lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali dalam tekanan dan sekarang kembali ke level 2.600.
Pada perdagangan Jumat IHSG BEI ditutup jatuh 71,028 poin (2,64 persen) ke posisi 2.623,221, demikian juga indeks LQ45 terkoreksi 13,922 poin (2,69 persen) ke posisi 502.809.
Penurunan tajam 376 poin indeks Dow Jones Kamis (20/5) yang diikuti dengan anjloknya saham-saham di bursa regional merupakan faktor utama penyebab jatuhnya saham di BEI, kata analis pasar saham dari Valbury, Nico Omer J.
"Pelemahan yang terjadi di bursa-bursa Global murni kekhawatiran Wall Street atas apa yang tengah terjadi di Eropa dan mungkin mulai menjalar ke Amerika," katanya.
Ia menambahkan, krisis finansial global yang mulai membesar sekarang ini, bukan datang atau dipicu oleh krisis mortage atau pengangguran di Amerika atau bubble burst aset China, tapi dari Yunani.
"Berbagai upaya yang dilakukan oleh para pemimpin Eropa belum menunjukkan hasilnya," ujarnya.
Berbagai sentimen buruk dari bursa dunia itu membuat sejumlah sentimen positif dari dalam negeri seolah tidak berarti. Respon positif masyarakat mengenai ditunjuknya Dirut Bank Mandiri sebagai Menkeu menggantikan Sri Mulyani juga tidak berpengaruh baik di pasar, kata sejumlah broker.
Hingga perdagangan di hari terakhir pekan ini ditutup, tercatat volume transaksi mencapai 4,616 miliar saham senilai Rp4,461 triliun yang dihasilkan dari 93.644 kali transaksi.
Dari seluruh saham yang aktif, 214 saham ditutup melemah, hanya 27 saham yang menguat, dan 29 saham tidak bergerak harganya.
Saham Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp1.950 ke Rp32.150, Gudang Garam (GGRM) turun Rp1.400 ke Rp29.900, Astra Agro (AALI) turun Rp650 ke Rp18.250.
Dari bursa regional dilaporkan, indeks Hang Seng turun 33,15 poin (0,17 persen) ke posisi 19,545,Nikkei-225 melemah 245,769 poin (2,45 persen) ke level 9.784, danStraits Times juga turun 59,290 poin (2,15 persen) di posisi 2.694.
(ANT/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010