Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta Jumat sore mengukuhkan tiga penelitinya menjadi Profesor Riset, menambah jumlah profesor riset di Indonesia menjadi 301 orang.
Majelis Profesor Riset LIPI mengukuhkan Dr. Made Sri Prana sebagai profesor di bidang Plasma Nutfah, Dr. Enny Sudarmonowati dalam Bidang Kultur Jaringan Tanaman dan Dr. Herwint Simbolon di Bidang Ekologi dan Evolusi.
Kepala LIPI Prof Dr Umar Anggara Jenie mengatakan, ketiganya adalah profesor riset yang ke-76, ke-77 dan ke-78 di LIPI. Dengan demikian saat ini sudah ada 301 profesor riset di Indonesia.
Dr. Enny Sudarmonowati menyampaikan orasi ilmiahnya dengan judul "Pendekatan Genetika Molekuler untuk mengatasi masalah Pertanian dan Kehutanan".
"Perbaikan sifat tanaman dengan pendekatan molekuler yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil, kadar pati, kadar amilosa, kadar amilopektin, tahan kekeringan, pertumbuhan, kadar selulosa, dan kadar biomassa yang lebih mudah diproses menjadi bioetanol," katanya.
Dengan demikian, penggunaan teknologi ini merupakan pilihan untuk mengatasi masalah pangan, kehutanan, dan perubahan iklim dengan menciptakan dan melestarikan benih unggul, jelasnya.
Sementara itu, Dr. Herwint Simbolon menyampaikan orasinya dengan judul ?Ekologi Hutan Hujan Tropika Indonesia: Hutan Rawa Gambut dan Perubahan Iklim Global.
Ia memaparkan Reduction Emission from Deforestation and forest Degradation (REDD) adalah satu skema baru untuk mengurangi emisi GRK dalam konteks mekanisme pembangunan bersih Clean Development Mechanism (CDM) yang diharapkan dapat mulai berjalan pada 2012.
"Artinya, skema ini akan memberi insentif apabila laju konversi hutan dihambat dan dilakukan rehabilitasi kerusakan hutan", ujarnya.
Diharapkan, skema ini cukup kompetitif apabila dibandingkan dengan mengonversi lahan tersebut menjadi lahan pertanian, khususnya kebun kelapa sawit, tambahnya.
Menurut Herwint, dalam skema ini, yang perlu ditingkatkan adalah masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi produk nonkayu dengan tetap mempertahankan fungsi ekologis hutan gambut sebagai pabrik penambat dan penyimpan karbon.
Profesor Riset ketiga yang dikukuhkan adalah Dr. Made Sri Prana pakar di bidang Botani dengan orasinya berjudul ?Konservasi Plasma Nutfah Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) di Indonesia?.
"Talas merupakan plasma nutfah yang penting karena merupakan salah satu jenis ubi-ubian asli Indonesia dan sudah teruji dan terbukti beradaptasi dengan baik pada kondisi setempat," katanya.
Talas sebagai penghasil karbohidrat yang cukup tinggi sangat potensial dikembangkan sebagai pangan alternatif, sayangnya saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
(T.D009/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010