Jakarta (ANTARA News) - Kongres II Partai Demokrat yang memiliki agenda utama pemilihan ketua umum akan dibuka Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat (21/5) malam.
Informasi yang diperoleh dari panitia kongres, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berada di arena kongres yang dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat, hingga penutupan kongres pada Minggu (23/5).
Seperti halnya pada pelaksanaan Kongres I Partai Demokrat di Bali pada 2005, SBY di tengah kesibukannya sebagai Kepala Negara, ingin memantau perkembangan dan dinamika demokrasi di partai yang didirikannya pada 2002 itu.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, publik dapat melihat bagaimana dinamika persaingan menjelang pemilihan ketua umum partai yang akan menggantikan Hadi Utomo di Kongres Partai Demokrat.
Setidaknya dua pesaing utama kandidat ketua umum terus menghiasi berbagai pemberitaan media massa, yakni Andi Mallarangeng yang juga Menteri Pemuda dan Olahraga dan Anas Urbaningrum yang kini menjabat Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR .
Satu kandidat lainnya yakni Marzuki Alie yang juga Ketua DPR terkesan "malu tapi mau" dan terlihat tidak terlalu berambisi menduduki posisi sebagai pimpinan partai pemenang Pemilu 2009 itu.
Marzuki Alie bahkan baru mendeklarasikan diri untuk tampil sebagai kandidat ketua umum Demokrat pada Kamis (20/5) malam atau sehari menjelang dibukanya Kongres II Partai Demokrat.
Ia menolak dikatakan "malu-malu" untuk maju, tetapi ia mengaku bukan tipikal orang yang suka mengejar jabatan.
"Saya maju karena adanya dorongan dari para kader yang rasional dan cerdas yang tidak mungkin lagi dihindarkan. Makanya saya terima demi kebesaran Partai Demokrat," ujarnya saat acara deklarasi.
Dari sisi publikasi, Andi Mallarangeng tampaknya lebih dominan dibanding dua kandidat lainnya. Tidak hanya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan tim pemenangannya, publikasi juga dilakukan melalui iklan di televisi yang biayanya tentu saja tidak murah.
Di Bandung, yang menjadi tempat penyelenggaraan II Partai Demokrat, di berbagai sudut kota didominasi atribut Andi Mallarangeng, yang sudah terpampang sejak sekitar satu bulan di jalan-jalan utama Kota Kembang itu.
Poster dukungan kepada Andi Mallarengeng (AM) itu, antara lain bertuliskan "AM Ciamik", "AM top abizz", "AM HOT!", dan lain-lain. Sejumlah poster ukuran besar yang menampilkan gambar AM juga terlihat di banyak tempat.
Selain poster dukungan kepada AM, publikasi dukungan kepada Anas Urbaningrum juga sudah terlihat walaupun tidak sebanyak publikasi yang dilakukan AM dan timnya.
Anas, misalnya, memampang baliho besar di perempatan Jl Pasteur, spanduk di Jl Ir H Juanda (Dago) dan beberapa tempat lainnya. Publikasi dari kubu Anas ini berbunyi, "Tepat Bagi Demokrat, Baik Bagi Rakyat" dan ada pantun "Mau ke Cianjur lewat Cipanas, Mau yang Jujur Pasti Bung Anas".
Selain publikasi dukungan kepada kandidat yang akan maju memperebutkan kursi ketua umum partai, bendera dan atribut warna biru khas Partai Demokrat juga tersebar di berbagai sudut jalan raya, yang menandai pelaksanaan Kongres II Partai Demokrat.
Kemeriahan suasana menjelang kongres itu merupakan bagian dari upaya Partai Demokrat untuk menunjukkan diri sebagai partai terbesar, pemenang Pemilu 2009.
Dinamika demokrasi menjelang pemilihan ketua umum Demokrat pada kongres di Bandung itu memang berlangsung menarik, khususnya di kubu dua kandidat terbuat, Andi dan Anas.
Tidak hanya soal publikasi melalui spanduk dan poster, beberapa kali kedua kubu terlihat saling "serang" baik soal klaim dukungan maupun soal isu-isu tertentu seperti politik uang.
Padahal, saat acara deklarasinya, Anas Urbaningrum mengimbau agar nanti saat kongres, tidak diisi dengan tradisi saling serang-menyerang karena semua calon ketua umum dianggap sebagai sahabat dan saudara terbaik keluarga besar Partai Demokrat.
Anas menegaskan, tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah dalam kompetisi meraih kursi ketua umum tersebut. Ia berharap, kongres dapat menciptakan suasana yang penuh persahabatan, bukan sarat konflik.
Senada dengan itu, Andi Mallarangeng saat deklarasinya berjanji akan merangkul semua kelompok, memberi tempat dan peluang pada semua, serta menjadikan politik dalam partai sebagai jalan untuk membangun kebersamaan.
"Bukan untuk mempertajam perbedaan apalagi perpecahan. Demokrat buat semua, semua buat Demokrat," kata Andi yang menawarkan misi memantapkan Partai Demokrat sebagai partai tengah.
Baik kubu Andi maupun Anas, saling mengklaim mendapat dukungan dari DPD-DPD maupun DPC-DPC partai yang memang memiliki hak suara untuk menentukan ketua umum. Bahkan, kedua kubu juga mengklaim mendapat restu dari Susilo Bambang Yudhoyono, pendiri dan sekaligus Ketua Dewan Pembina.
Regenerasi kepemimpinan
Terlepas dari dinamika politik di kubu Partai Demokrat menjelang Kongres, publik tentu menunggu hasil kongres karena terkait masa depan partai itu ke depan setelah berakhirnya masa jabatan SBY sebagai Presiden pada 2014.
Selain itu, juga perlu dicermati apakah peran SBY tetap sebagai Ketua Dewan Pembina dan masih menjadi penentu arah masa depan partai itu.
Hingga kini peran SBY masih tetap dominan dan merupakan figur senior yang pandangan dan masukannya sangat dibutuhkan dalam membimbing arah dan kebijakan politik partai.
Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai, "pertarungan" Andi Mallarangeng dengan Anas Urbaningrum memperebutkan kursi ketua umum Demokrat masih sangat ditentukan oleh SBY.
"Pertarungan menuju puncak pimpinan Partai Demokrat ini sangat sulit untuk ditebak, masing-masing kandidat sudah menunjukkan usaha paling maksimal untuk bisa dipilih. Saya kira detik-detik akhir nanti akan sangat menentukan, ke mana restu SBY akan diberikan," ujarnya.
Menurut dia, pada detik-detik terakhir, SBY bisa saja secara eksplisit memberikan dukungannya apakah kepada Andi atau Anas, dan dukungan SBY itu tentu akan diikuti para peserta Kongres.
Burhanuddin yang juga peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu mengakui, secara simbolik sebenarnya SBY sudah memberikan dukungannya dengan menempatkan putranya, Edhie Baskoro atau Ibas, serta sejumlah orang dekatnya dalam jajaran Tim Pemenangan Andi Mallarangeng.
Selain itu, sejumlah tokoh penting yang merupakan orang-orang dekat SBY, juga tidak hadir pada Deklarasi Anas Urbaningrum.
"Sikap SBY itu bisa dipahami, karena kalau ia memberikan dukungan kepada salah satu kandidat, bisa merusak citranya karena selaku Ketua Dewan Pembina menjadi tidak netral," ujarnya.
Namun, lanjut Burhanuddin, tidak adanya dukungan secara eksplisit dari SBY justru membuat peserta Kongres memaknainya dengan tidak ada larangan untuk tidak memilih Andi Mallarangeng, sehingga peluang antara Andi dan Anas masih seimbang atau 50:50.
Sedangkan SBY, dalam pidatonya pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) I Partai Demorat di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Sabtu (27/3), berharap, Kongres II Partai Demokrat di Bandung dapat membuat partai yang belum genap berusia 10 tahun itu semakin baik selama lima tahun ke depan.
Ke depan, SBY menginginkan Partai Demokrat menjadi partai tengah yang kuat dan modern.
Publik tentu menunggu apakah dalam kongres partai itu akan terjadi regenerasi kepemimpinan, yang sekaligus memperlihatkan siapa tokoh baru yang bakal dipersiapkan sebagai pengganti SBY ke depan.
Tentunya, siapa pun yang akan terpilih menjadi ketua umum mendatang, bukan tokoh sembarangan karena bisa jadi dialah "putra mahkota" yang akan dipersiapkan menjadi pengganti SBY ke depan untuk memimpin bangsa Indonesia.
Banyak pihak tentu berharap, partai yang lahir dalam era reformasi itu dapat menjadi partai yang matang, dewasa, dan tetap memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan berbangsa.
Partai Demokrat diharapkan terus memperjuangkan gerak reformasi agar sesuai arah, sehingga masa depan Indonesia tidak terus diwarnai kekisruhan politik yang berkepanjangan.
(A041/B010)
Oleh Arief Mujayatno
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010