Baghdad (ANTARA News/AFP) - Lima orang Irak, temasuk tiga polisi, tewas dalam serangan-serangan terpisah Kamis di kota bergolak di wilayah utara, Mosul, kata polisi.
Tiga orang, satu diantaranya polisi, tewas ketika seorang pembom bunuh diri melancarkan serangan di sebuah pos pemeriksaan di distrik Shifa di pusat kota tersebut, yang terletak 350 kilometer sebelah utara Baghdad.
Dua polisi lagi tewas ketika orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke sebuah pos pemeriksaan polisi yang lain.
Mosul, ibukota provinsi Nineveh, adalah salah satu kota yang dilanda kekerasan paling parah dimana aparat keamanan sering menjadi sasaran pemboman dan penembakan.
Sehari sebelumnya, delapan orang tewas dan 10 lain cedera dalam pemboman dan penembakan di dekat Baghdad dan di Irak utara, kata polisi.
Dalam serangan paling mematikan, Rabu, enam orang tewas dan 10 lain cedera ketika dua bom meledak di kawasan restoran populer di kota Iskandiriyah, 50 kilometer sebelah selatan Baghdad.
Di Mosul, dua prajurit Irak tewas ditembak dalam serangan-serangan terpisah terhadap pos pemeriksaan militer di kota bergolak wilayah utara itu.
Pemboman dan penembakan mematikan Rabu dan Kamis itu merupakan yang terakhir dari rangkaian serangan yang menandai peningkatan kekerasan di Irak.
Senin (17/5), sejumlah orang bersenjata yang memakai seragam militer Irak memenggal Sheikh Abdullah Shakoor al-Salhy, seorang imam masjid yang belum lama ini mengecam Al-Qaeda, dan menggantung kepalanya di sebuah tiang listrik di dekat desanya di provinsi Diyala, Irak utara.
Jumat (14/5), serangan bom mobil dan peledakan bunuh diri pada saat pertandingan sepak bola di Irak utara menewaskan 25 orang dan mencederai 100 lain.
Serangan-serangan bom itu terjadi sekitar pukul 18.00 waktu setempat (pukul 22.00 WIB) selama paruh kedua pertandingan antara dua tim lokal di sebuah lapangan tanpa pengaman di kota berpenduduk mayoritas Syiah, Tal Afar, 380 kilometer sebelah utara Baghdad.
Serangan-serangan Jumat itu merupakan yang paling mematikan di Tal Afar sejak 9 Juli ketika dua serangan bunuh diri yang ditujukan pada rumah seorang sersan polisi dan saudaranya menewaskan 35 orang dan melukai 61 lain.
Pemboman itu juga terjadi ketika komisi pemilu Irak mengumumkan bahwa penghitungan ulang suara di Baghdad telah selesai dan tidak ditemukan kecurangan dalam pemilihan umum Maret.
Senin (10/5), lebih dari 100 orang tewas dalam ledakan-ledakan bom mobil di sebuah pabrik, yang disusul dengan serangan bom bunuh diri terhadap pekerja penanganan darurat, dan ledakan-ledakan terkoordinasi yang ditujukan pada pasukan keamanan.
Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010