Jakarta (ANTARA News) - Muktamar ke-14 Pemuda Muhammadiyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, 17-21 Mei disinyalir rawan intervensi dari kekuatan politik tertentu dengan munculnya sejumlah kandidat ketua umum yang berafiliasi ke partai politik tertentu.
Sinyalemen itu disampaikan tidak langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin saat memberikan sambutan pada pembukaan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis.
Din menyinggung soal kemandirian bangsa yang menurutnya, hingga saat ini bangsa Indonesia masih belum mandiri secara hakiki.
"Kemandirian bangsa sedang tersandera dan tergadai, apalagi dengan pimpinan bangsa yang mudah bertekuk lutut," ujarnya.
Oleh karena itu, sambung Din, muktamar Pemuda Muhammadiyah harus bisa mencari solusi hilangnya kemandirian bangsa dan mengingatkan Pemuda Muhammadiyah untuk terlebih dahulu membuktikan sebagai organisasi mandiri sebelum menyelesaikan persoalan kebangsaan.
"Sebelum memandirikan bangsa, maka harus terlebih dahulu memandirikan Pemuda Muhammadiyah," tegas Din.
Ia meminta Pemuda Muhammadiyah untuk tidak menjadi antek pihak lain dan berharap Pemuda Muhamdiyah mampu menjaga harkat dan martabat serta marwah muktamar.
"Jadilah sais yang mengendalikan andong. Jangan jadi kuda yang ditunggangi yang bisa disetir ke sana ke mari," katanya.
Sedikitnya ada enam calon Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammdiyah, yaitu Gunawan Hidayat, Saleh Daulay, Achmad Rofiq, Piet H Khaidir, Panca Nurwahidin, dan M Ihsan.
Beberapa diantaranya aktivis politik seperti Gunawan Hidayat yang menjabat Sekretaris Umum PP Pemuda Muhammadiyah dan politikus muda Partai Golkar, kemudian Saleh Daulay yang adalah aktivis Baitul Muslimin Indonsia (Bamusi), sayap organisasi milik PDI Perjuangan.
Kandidat lainnya seperti Ahmad Rofiq justru menjadi Sekjen Partai Matahari Bangsa (PMB), selain tercatat sebagai Wakil Sekjen Nasional Demokrat pimpinan Surya Paloh.
Tak semua kandidat bersinggungan dengan partai politik, seperti Piet H Khaidir (Ketua Umum DPP IMM periode 2001-2003) yang berkiprah di LSM dan dikenal sebagai akademisi, sementara Panca Nurwahidin, justru berprofesi guru.(*)
D011/Z002/ar09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010