Dia mengatakan, Metro akan berusaha tidak lagi menampilkan kekerasan dan darah, tetapi akan lebih memberi solusi dan menjelaskan duduk perkara dari suatu peristiwa.
Dia mencontohkan, di Amerika Serikat ada sebuah media yang menampilkan peristiwa bocornya pengeboran minyak di Teluk Meksiko yang kini bisa menjadi bencana kemanusian.
Media mengungkapkan fakta dan meminta semua pihak terkait untuk bertanggungjawab, termasuk mencari teknologi untuk mengatasi masalah tersebut.
Di Indonesia, kasus Lapindo tenggelam oleh pemberitaan lain, tanpa ada upaya untuk mengatasi agar lumpur berhenti.
Dia mengakui, karena banyak informasi secara beruntun dan menarik perhatian masyarakat, seperti kasus Century, KPK, Susno Duaji, dan Syahril Johan, media melupakan upaya mengatasi lumpur Lapindo.
Diakuinya, tidak mudah mengubah kultur kerja seperti ini dan umumnya dibutuhkan waktu 4-5 tahun agar muncul budaya baru.
Suryopratomo mengatakan Metro tidak hanya melihat ke dalam tetapi juga keluar. TV asing kini juga memuat berita tentang Indonesia, seperti CNN dan BBC, di mana mereka juga mengincar kue iklannya.
Karena itu dia mengimbau TV lokal untuk berbenah diri untuk menyongsong pesaing global.
Metro TV juga mengubah logo, khususnya bentuk tulisan pada logo metro yang menggunakan jenis huruf berbeda dan tetap mempertahankan burung elang sebagai lambang yang diletakkan di huruf "o" pada kata metro.
E007/H-KWR
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010