Jakarta (ANTARA News) - Metro TV melakukan perubahan dan inovasi tidak hanya pada tampilan, tetapi juga orientasi kerja dengan mengedepankan idealisme untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan dan menjauhi berita kekerasan.
Direktur Pemberitaan Metro TV, Suryopratomo, dalam peluncuran ulang televisi berita itu di Jakarta, Kamis, mencontohkan pihaknya berusaha tidak lagi menampilkan kekerasan dan darah, tetapi akan lebih memberi solusi sekaligus menjelaskan duduk perkara suatu peristiwa.
Dia mencontohkan, di Amerika Serikat (AS) ada media yang menampilkan peristiwa bocornya pengeboran minyak di Teluk Meksiko yang kini bisa menjadi bencana kemanusian. Media mengungkapkan fakta dan meminta semua pihak terkait untuk bertanggungjawab, termasuk mencari teknologi untuk mengatasi masalah tersebut.
Di Indonesia, ia mencontohkan, kasus Lapindo tenggelam dengan pemberitaan lain tanpa ada upaya untuk mengatasi agar lumpur berhenti.
Diakuinya media terpapar banyak informasi secara beruntun dan dan menarik perhatian masyarakat, seperti kasus Century, KPK, Susno Duaji, dan Syahril Johan sehingga lupa mendorong upaya mengatasi lumpur Lapindo.
Oleh karena itu, ia menilai, untuk mengubah kultur kerja tidak mudah. Dia menyatakan, umumnya dibutuhkan waktu 4 hingga 5 tahun agar muncul budaya baru.
Ketika ditanya tentang pesaingnya, Suryopratomo yang juga tampil bersama Dirut Metro TV, Wisnu Hadi, mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya melihat ke dalam tetapi juga keluar. TV asing kini juga memuat berita tentang Indonesia, seperti CNN-an BBC dan mereka juga mengincar kue iklannya.
Oleh karena itu, dia mengimbau, TV lokal untuk berbenah untuk menyongsong pesaing global.
Metro TV mengubah juga mengubah logo, khususnya pada bentuk tulisan pada logo metro yang menggunakan jenis huruf berbeda dan tetap mempertahankan burung elang sebagai lambang yang diletakkan di huruf "o" pada kata metro.
(T.E007/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010