Jakarta (ANTARA News) - Ziarah pengalaman Jose The Special One Mourinho terbilang oke. Tidak pernah menapaki karier sebagai pemain profesional, namun ia jempolan sebagai pelatih di jagat sepak bola.

Hebatnya, ia tidak lepas dari pertanyaan mendasar, ingin terhitung sebagai kelas dunia atau justru terbilang kelas kambing saja?

Sebelum menjawabnya, pelatih asal Portugal yang lahir pada 26 Januari 1963 itu mendekonstruksi kata-kata "kelas dunia".

Bagi Mou, di balik kata kelas dunia tersembunyi kongkalikong, karena tersimpan ironi dalam masyarakat modern. Di satu pihak, individu diagungkan dalam imajinasi, di lain pihak individu dinafikan bahkan dihabisi dalam kenyataan.

Manusia, di mata pelatih Inter Milan itu, bukan sekedar punya skill, tetapi manusia yang punya gairah, antusiasme, dan berani menanggung risiko atas segala keputusan yang diambil. Inilah sosok manusia kelas dunia, bukan manusia kelas kambing.

Pemain Inter yang sukses meraih tropi Liga Champion 1964 dan 1965, Sandro Mazzola menuturkan satu testimoni. "Saya pikir Mourinho punya banyak kesamaan dengan Helenio Herrera. Pertama, ia membawa bola kembali ke lapangan latihan. Di banyak klub di Italia, bola dilupakan saat latihan, Padahal, bola adalah alat terpenting untuk pesepak bola," katanya.

Sebelum mengomando para punggawa Inter, Mou jelas memiliki gairah plus antusiasme. Ia mengklaim bahwa Liga Champion lebih penting dari Piala Dunia (PD) 2010 di Afrika Selatan. "Permainan ini (tingkat klub) adalah yang terpenting di dunia," katanya seperti dikutip ESPN soccernet.

"Bahkan lebih besar dari pada Piala Dunia karena tim-tim di dalamnya berada pada level lebih tinggi dari pada tim nasional yang tidak bisa membeli pemain-pemain terbaik," kata pelatih yang mengantar Porto meraih tropi Liga Champion pada 2004.

Berbekal keberanian menanggung risiko dan ketidakraguan menunjukkan antusiasme atas proyek bernama "sepak bola", Mou menangguk makna dari ungkapan klasik Latin nemo dat quod non habet (tidak seorang pun dapat memberi apa yang tidak dapat dipunyainya". Inilah makna kelas dunia di mata Mourinho.

Inter Milan akan menghadapi Bayern Munich di Stadion Bernabeu, Madrid, 22 Mei 2010 di partai Puncak Liga Champions.

Menjelang laga final itu, manajer "FC Hollywood" Louis Van Gaal mengatakan, "Jose sahabat saya. Ia pernah menjadi penerjemah di Barcelona. Dia pernah menjadi asisten saya."

Adalah Van Gaal yang melihat talenta Mourinho sebagai pelatih ciamik di kemudian hari. Pelatih Belanda itu pernah menjalani dua periode di Camp Nou.

Setelah tiga tahun cukup sukses (1997-2000), kedatangan kali kedua pada musim 2002/2003 menuai kegagalan. Pada 1996/1997, Barcelona ditangani Bobby Robson, dan Mourinho ditunjuk sebagai penerjemah. Ketika Robson hengkang, Mourinho tetap bertugas sebagai asisten Van Gaal.

"Bayern tampil sebagai tim besar dengan segudang pengalaman dan seabrek kualitas. Mereka punya tradisi di Liga Champion dan punya pelatih hebat," kata Mourinho. "Saya banyak belajar dari Bobby Robson dan dari Louis Van Gaal. Tidak ada yang datang tiba-tiba, segala sesuatunya telah terprogam".

Dengan mengantongi juara Serie A dan Coppa Italia, serta ambisi meraih tropi Liga Champion, publik mengajukan pertanyaan, apa rahasia sukses Mourinho untuk menggaet dan memaknai "kelas dunia"?

"Saya banyak berdoa. Saya beragama Katolik, saya beriman kepada Tuhan. Saya terus coba menjadi manusia baik. Saya berharap Tuhan memberi uluran tangan ketika saya membutuhkan pertolongan," katanya. Mourinhoisme= kelas dunia + kepemimpinan + percaya kepada Tuhan.

"Tampil di final bukan obsesi saya, melainkan mimpi saya," kata Mou yang pernah kuliah di Universitas Lisbon.

"Anda harus menciptakan atmosfer positif dan membuat setiap orang yang anda pimpin merasa ada dalam kelompok. Kepemimpinan dan kerja keras, itu yang penting. Kepemimpinan yang dapat diterima oleh semua pihak, bukan kepemimpinan yang bersumber dari kekuasaan atau status," katanya dalam laman BBC.

Sementara staf pengajar di Universitas Lisbon, Profesor Carlos Neto, yang pernah mengajar Mourinho, menyatakan, "Dia (Mourinho) mahasiswa yang tepat waktu, pekerja keras dan tak pernah berbuat onar. Ia sosok yang populer meski tidak mesti membusungkan dada".

Direktur olahraga Inter Milan, Branca menyatakan, "Pendekatannya unik. Ia menggunakan setiap kata dan kalimat dengan tepat. Ia memerhatikan rincian dalam memahami kekuatan lawan untuk meracik taktik di lapangan. Ia mengerjakan segalanya sebaik mungkin. Ia paham betul setiap pemain dan setiap laga. Siapa Jose, hanya dirinya yang tahu".

"Saya tidak akan mengubah apa yang saya katakan beberapa hari lalu. Tidak benar bahwa saya akan menjadi pelatih Real Madrid. Setelah final itu, saya akan memerlukan waktu dua atau tiga hari untuk berpikir secara tenang tentang masa depan saya," katanya ketika menjawab spekulasi seputar masa depannya di Inter.

"Tidak ada masalah dengan kontrak saya atau uang, pada kenyataannya saya sedikit malu tentang berapa banyak yang saya peroleh, mengingat di sana ada krisis. Inter tidak berutang apa pun pada saya. Saya juga tidak berutang apa pun pada mereka, karena saya telah memberi segalanya," katanya sebagaimana dikutip dari AFP.

Untuk tampil sebagai sosok berkelas dunia, Mourinho tidak ingin menjadi seorang kusir yang tertidur di atas delmannya dan membiarkan kuda-kudanya menyeret delman itu ke mana saja.

Mou sedang bertualang dengan berani "melompat" ke dalam kenyataan gelap penuh paradoks. Inilah kualitas kelas dunia, bukan kualitas kelas kambing!
(T.A024/H-KWR/P003)

Oleh Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010