Sanaa (ANTARA News) - Sebuah pengadilan di kota pelabuhan Aden, Yaman bagian selatan, Rabu menjatuhkan hukuman penjara 10 tahun pada 10 perompak Somalia yang berusaha membajak sebuah kapal barang di wilayah perairan Yaman, kata kementerian pertahanan.
Putusan pengadilan itu disampaikan sehari setelah Yaman menjatuhkan hukuman mati untuk pertama kali pada terpidana kasus perompakan.
Situs berita kementerian pertahanan 26sep.net mengatakan, putusan bersalah itu diambil berdasarkan atas laporan kapal angkatan laut Rusia yang menyergap orang-orang Somalia itu dan menggagalkan pembajakan tersebut.
Laporan itu mencakup foto usaha pembajakan dan senjata serta peralatan yang disita, termasuk senapan serang AK-47 dan granat roket serta tangga yang biasanya digunakan perompak untuk menaiki kapal yang dibajak.
Sebanyak 12 orang lain Somalia diadili secara terpisah di Aden atas tuduhan melakukan perompakan di wilayah perairan Yaman.
Selasa, sebuah pengadilan Yaman memvonis hukuman mati pada enam perompak Somalia dan menjatuhkan hukuman 10 tahun pada enam orang lain atas tuduhan membajak sebuah kapal minyak Yaman dan membunuh dua orang awak pada April 2009.
Sepanjang 2009, perompak Somalia berusaha melakukan 217 serangan, menurut Biro Maritim Internasional yang mengamati kejahatan pelayaran.
Masyarakat internasional semakin kecewa dengan proses hukum yang tidak jelas menyangkut perompakan.
Somalia tidak memiliki prasarana hukum bagi persidangan-persidangan, dan perompak yang ditangkap seringkali dibebaskan karena tidak ada kesepakatan mengenai negara mana yang akan mengadili mereka.
Pada 7 Mei, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pembebasan para perompak yang membajak sebuah kapal minyak di Teluk Aden karena tidak ada landasan hukum untuk menuntut mereka di Moskow.
Kelompok orang Somalia itu dua hari sebelumnya membajak kapal Rusia MV Moscow University, yang sedang dalam perjalanan ke China dengan 23 orang awak dan muatan minyak mentah senilai 52 juta dolar.
Kapal minyak itu dibebaskan dan pembajaknya ditahan setelah tembak-menembak dengan pasukan yang berada di sebuah kapal perang Rusia yang menewaskan seorang perompak.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden dalam beberapa bulan ini meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang pada tahun itu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Perompak dari negara Tanduk Afrika yang gagal itu saat ini menahan belasan kapal dan lebih dari 200 orang awak kapal, termasuk pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.
AFP/M014
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010