"Situasi di Puncak Jaya umumnya aman, tidak seperti yang diberitakan di luar," kata Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe di Timika, Rabu.
Enembe mengakui pada Senin (17/5) sekitar pukul 12.30 WIT terjadi kontak tembak antara aparat gabungan Polri dan TNI dari tim gegana Brimob, Densus 88 Anti Teror dibantu anggota TNI dari Batalyon Infanteri 753 Nabire dengan kelompok Yambi, sebuah kelompok sipil bersenjata pimpinan Werius Tenggelen.
Kontak tembak terjadi di Kampung Gorubuk, Distrik Mulai, sekitar 11 kilo meter dari Mulia, Ibu Kota Kabupaten Puncak Jaya.
Dalam insiden itu, jelas Enembe, Werius dan salah satu anggotanya tertembak. Werius sendiri akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian.
Saat aparat gabungan mengevakuasi jenazah Werius ke RS Mulia, juga ditemukan satu megazin amunisi dan sebuah bendera bintang kejora. Sedangkan senjata api milik Werius berhasil dibawa kabur oleh anggota kelompoknya.
"Saya sempat melihat kondisi jenazah korban yang tertembak, memang benar seratus persen itu adalah Werius," kata Enembe.
Enembe mengatakan, korban telah dikubur di halaman Gereja Klasis GIDI Mulia pada Selasa (18/5) lantaran keluarga tidak ada yang mengambil jenazah Werius.
Werius merupakan satu dari delapan orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) polisi karena terlibat kasus penembakan karyawan PT Modern saat pengerjaan jalan penghubung Mulia-Mewoluk sekitar sebulan lalu.
Sebelum kontak tembak terjadi, demikian Enembe, aparat telah mengimbau Werius dan anggotanya untuk menyerahkan diri. Foto-foto para DPO juga sudah disebarkan ke masyarakat.
Enembe mengatakan dalam upaya menangkap para kelompok sipil bersenjata di daerahnya, diperlukan rambu-rambu khusus agar rakyat yang tidak tersangkut dengan kelompok bersenjata tidak ikut menjadi korban.
Pemkab Puncak Jaya, katanya, telah meminta masyarakat untuk ikut membujuk kelompok sipil bersenjata agar menyerahkan diri.
"Ini yang kita tawarkan kepada aparat Polri dan TNI agar rakyat tidak jadi korban. Untuk sementara kita belum ijinkan Polri dan TNI masuk ke lokasi-lokasi itu, karena kita masih melakukan pendekatan ke kelompok sipil bersenjata agar menyerahkan diri secara baik-baik," kata Enembe yang didampingi Ketua DPRD Puncak Jaya, Nesco Wonda.
Enembe mengakui, sejak tahun 2002 situasi di Puncak Jaya memang rawan terjadi aksi oleh kelompok sipil bersenjata.
Para sipil bersenjata tersebut sering terlibat kontak tembak dengan aparat Polri dan TNI, bahkan ditengari sekitar 26 pucuk senjata api jenis AK, SS1, AK Cina dan M16 masih dipegang oleh kelompok sipil bersenjata di wilayah Puncak Jaya.
Senjata-senjata api tersebut, demikian Enembe, sebagian besar dirampas dari tangan anggota Polri dan TNI.(*)
(T.E015/E001/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010