Adaptasi kebiasaan baru telah mendorong mobilitas dan permintaan masyarakat dilihat dari sisi angka ekonomi Sumbar triwulan III 2020 tumbuh 4,59 persen.
Padang (ANTARA) - Bank Indonesia menilai penerapan adaptasi kebiasaan baru turut membantu memulihkan ekonomi Sumatera Barat yang terdampak pandemi Corona Virus Disease (COVID-19).
"Adaptasi kebiasaan baru telah mendorong mobilitas dan permintaan masyarakat dilihat dari sisi angka ekonomi Sumbar triwulan III 2020 tumbuh 4,59 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama pada pertemuan tahunan BI Sumbar di Padang, Kamis.
Menurutnya melihat perkembangan lapangan usaha di triwulan III 2020 mayoritas masih terkontraksi namun terlihat ada perbaikan pertumbuhan dibandingkan triwulan II 2020.
Baca juga: BI Sumbar berikan enam rekomendasi pemulihan ekonomi Sumbar
Kontraksi utama disebabkan pembatasan kegiatan selama pandemi dan tertunda realisasi beberapa proyek terutama yang bersumber dari APBN dan APBD, kata dia.
Selain itu laju inflasi Sumbar selama pandemi relatif rendah dan stabil dan inflasi tahunan mencapai 1,67 persen.
Ia menilai rendahnya inflasi karena menurunnya permintaan domestik dan larangan mudik Lebaran.
Akan tetapi perlu diwaspadai kenaikan harga tiket saat libur akhir tahun karena tingginya permintaan.
Baca juga: Menkeu sebut UU Cipta Kerja fondasi ekonomi Indonesia lebih kuat
Pada sisi lain ia memberi solusi untuk mempercepat realisasi program stimulus ekonomi dan keuangan pemerintah dengan optimalisasi belanja APBD terutama untuk sektor pertanian.
"Kalau alokasi belanja untuk sektor lain digeser untuk penanganan COVID-19 maka untuk sektor pertanian harus tetap dipertahankan," ujarnya.
Kemudian pemerintah harus membuka kembali aktivitas ekonomi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat mulai dari pusat perbelanjaan, hotel, restoran hingga tempat rekreasi.
Baca juga: Gubernur BI paparkan strategi agar ekonomi RI lebih mantap pada 2021
Ia mengakui hal ini merupakan salah satu yang sulit untuk diatur terutama penerapan protokol COVID-19 karena masyarakat cenderung memandang kondisi saat ini bukan normal baru melainkan normal biasa.
Lalu optimalisasi penyaluran alokasi dana simpanan pemerintah di himpunan bank milik negara dan BPD untuk pembiayaan UKM di Sumbar.
Ia mengatakan hal ini tidak mudah karena UKM sedang sulit namun diharapkan bisa meningkatkan kondisi UKM.
Selanjutnya perlu mempertahankan proyek investasi besar di Sumbar yang saat ini masih berjalan seperti jalan tol Trans Sumatera, stadion utama Sumbar dan lainnya.
Kemudian mengembangkan digitalisasi UKM karena saat ini mereka sulit melakukan penjualan langsung dan strateginya adalah lewat platform digital serta pembayaran nontunai.
Terakhir pemerintah perlu mengeluarkan imbauan untuk mengutamakan membeli produk UKM asal Sumbar agar bisa tetap bertahan dalam kondisi ini.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020