Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (Persero) berencana untuk membangun dua pabrik petrokimia di wilayah Indonesia Timur yang salah satunya merupakan tindak lanjut pengembangan Blok Masela.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Ahmad Bakir Pasaman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, menjelaskan rencananya perusahaan akan membangun pabrik di wilayah Bintuni dan Kepulauan Yamdena, Maluku.

"Kami sudah tandatangan MoU sama Inpex untuk utilisasi gas 150 mmcsfd. Nah ini, kalau bisa terwujud dengan harga baru. Kita mau bikin co-production amoniak dan menthanol," kata Bakir dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Dua anak usaha Pupuk Indonesia dapat jaminan pasokan gas industri

Bakir menuturkan nantinya dua pabrik petrokimia itu masing masing akan memproduksi 250 ton amoniak per hari dan sebanyak 1.000 ton methanol per hari. Proyek tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan jual beli gas dari Blok Masela yang akan diserap oleh Pupuk Indonesia.

Bakir menerangkan, pemilihan wilayah Kepulauan Yamdena sendiri dikarenakan memang jaraknya yang tidak jauh dari Blok Masela. Jarak antara Blok Masela ke Kepulauan Yamdena ini berkisar 179 kilometer. Nantinya, untuk menyalurkan gas, Inpex berkomitmen untuk membangun pipa gas bawah laut.

Namun, pihak Pupuk Indonesia belum bisa memastikan kapan akan memulai pengerjaan pabrik karena masih menunggu kepastian dari Inpex terkait waktu untuk pembangunan pipa gas.

Baca juga: Pupuk Indonesia raih Indonesia Best BUMN Award 2020

"Kami komunikasi sama Inpex intesif soal ini. Memang ada kendala dari mereka karena mereka harus bangun pipa itu, dan kan di dalam laut. Padahal, ada palung juga di ruas jalur pipa itu. Jadi kami masih menunggu kepastian dari Inpex," ujar Bakir.

Sementara itu, untuk pabrik pupuk di Bintuni saat ini masih dalam tahap diskusi terkait negosiasi harga gas oleh pihak pemasok yaitu Genting Oil.

Negosiasi harga dilakukan lantaran infrastruktur yang perlu dibangun oleh Pupuk Indonesia di Bintuni membutuhkan belanja modal yang tidak sedikit. Maka, kepastian harga pasokan gas juga perlu dihitung agar produk punya keekonomian yang layak.

"Di Tangguh ada potensi yang sangat prospek. Saat ini sedang nego harga gas. Ada 221 mmscfd dari Genting Oil sudah available (tersedia). Kami sedang nego harga karena itu kan ada capex yang harus di-manage," ujar Bakir.

Rencananya, Pupuk Indonesia akan membangun pabrik amoniak dengan kapasitas 2.000 ton dan pabrik methanol dengan kapasitas 3.000 ton. Selain itu, perusahaan juga akan membangun pabrik untuk urea dengan kapasitas 2.500 ton.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020