Bandung (ANTARA News) - Yayasan Nabil bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung meluncurkan buku "Memoar Ang Yan Goan" di Kampus Unpad, Rabu.
Ang Yan Goan adalah wartawan dan motor surat kabar Sin Po. Dia mengarahkan suratkabar yang terbit sejak 1910 itu sebagai pers yang pronasionalisme dan rakyat Indonesia.
Ang merupakan wartawan, pendidik, aktivis kemanusiaan dan seorang nasionalis sejati.
Di masa kolonial ia bangga sebagai warga Tionghoa, sekaligus mendukung pergerakan nasionalisme Indonesia.
Ia bahkan memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan berperan mendekatkan Indonesia dan RRT (China).
Pada akhir 1968, Yan Goan dan keluarganya beremigrasi ke Kanada, meninggalkan situasi politik di tanah air yang dianggap mulai membatasinya. Ia wafat di Kanada pada 1984.
Jejak perjuangan Ang Yan Goan pun seakan raib di masa Orde Baru.
Setelah 26 tahun wafatnya, Yayasan Nabil menerbitkan otobiografi Ang Yan Goan untuk mengajak belajar bagaimana peran pers Tionghoa yang diwakili Sin Po dan Ang Yan Goan sebagai seorang jurnalis nasionalis yang berperan dalam pembentukan semangat kebangsaan.
Ang Yan Goan juga mengutarakan ide-idenya dalam kegiatan sosial, salah satunya ketika Harian Sin Po digunakan mengkampanyekan perlunya pendirian Rumah Sakit Jang Seng Le untuk menolong orang-orang Tionghoa dan warga Indonesia.
Rumah sakit itu kemudian menjadi RS Husada yang eksis sampai sekarang.
Peran serta aktif warga etnis Tionghoa dalam pembentukan kesadaran kebangsaan Indonesia tidak bisa dilepas dari hadirnya mingguan Sin Po (1910) yang kemudian menjadi harian Sin Po (1912).
Harian itu memuat teks lagu kebangsaan "Indonesia Raya' dan aktif menyosialisasikan penggunaan nama Indonesia menggantikan Hindia Belanda.
Pada peluncuran buku memoar yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Tan Ben Hok itu juga digelar Seminar bertema "Peran Komunikasi Etnis Tionghoa dan Pembentukan Kebangsaan Nasional" serta peluncuran buku "Komunikasi Lintas Budaya" karya Deddy Mulyana, Dekan Fikom Unpad.
Kegiatan yang digelar di Gedung Rektorat Kampus Unpad di Jalan Dipati Ukur, Bandung itu juga sebagai sarana diskusi, berbagi pengalaman dan kajian tentang komunikasi antar budaya dan nasionalisme.
Forum itu mempertemukan khalayak akademis komunikasi khususnya dan berbagai disiplin yang lainnya bersama-sama dengan warga etnis Tionghoa untuk menelaah kembali komunikasi antaretnis dan memberdayakan etnis Tionghoa dalam pembentukan kebangsaan Indonesia.
Tiga narasumber mengupas komunikasi lintas budaya dan buku memoar Ang Yan Goan yakni Deddy Mulyana (Dekan Fikom Unpad), Yudi Latif (Ketua PSIK Indonesia) dan Tanty Skober (Pengajar Sejarah Unpad).
"Komunikasi antar persona antar pribadi-pribadi biarkan bergulir dan berlangsung baik, media massa sangat berperan untuk memadukan komunitas-komunitas itu dalam satu kesatuan, dan itu tugas yang harus dilaksanakan bersama-sama," kata Deddy Mulyana. (*)
S033/Y003/M019
Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010