Klaster guru tersebut terungkap berawal dari laporan pada 28 November 2020 terkait dua guru yang terkonfirmasi positif COVID-19, kemudian dilakukan penelusuran kontak.
"Pas ada kasus konfirmasi, langsung sekolah kita semprotin. Kita lakukan kewajiban kita untuk tracing dengan data-datanya," ujar Firman Ibrahim di Jakarta, Kamis.
Firman menjelaskan salah satu guru sempat merasa tidak enak badan, dan menunjukkan hasil reaktif setelah dilakukan tes usap cepat antigen pada 27 November 2020.
“Guru itu merasa tak enak badan setelah perjalanan bersama para guru lainnya selama lima hari (20-25 November 2020),” ujar Firman.
Setelah menjalani, dua guru dinyatakan positif. Selanjutnya, tes usap massal terhadap para guru lainnya dilakukan terpisah.
Empat guru lain yang melakukan tes usap pada 28 November lalu dinyatakan positif COVID-19. Kemudian pada 30 November, 10 guru positif dinyatakan positif.
Pada Kamis, 16 guru terkonfirmasi positif COVID-19, setelah tes usap 30 November 2020.
Kemudian dilakukan pemeriksaan pada 43 guru lainnya yang mengalami gejala penyakit tersebut.
Hasil sementara penelusuran, 33 orang positif COVID-19 dan tujuh orang dinyatakan negatif.
“Kami juga kini masih menunggu hasil ketiga guru,” ungkap Firman.
Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut, Firman memerintahkan lurah dan petugas kecamatan untuk sosialisasi, meminta warga meningkatkan protokol kesehatan dan, penyemprotan disinfektan dilakukan di areal sekolah.
Baca juga: Jakbar bentuk satgas khusus tindak pengusaha tak tertib PSBB
Baca juga: Sepekan, DKI lantik Walkot Jakbar hingga viral sanksi peti jenazah
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2020