Sinergi itu perlu kita perkuat untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi lebih baik ke depan menuju Indonesia majuJakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan masa kritis pandemi COVID-19 sudah berlalu berkat sinergi yang mendorong stabilitas terjaga dan perekonomian mulai membaik setelah selama sembilan bulan berjuang melawan pandemi.
"Sinergi itu perlu kita perkuat untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi lebih baik ke depan menuju Indonesia maju,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada pembukaan Pertemuan Tahunan BI 2020 secara virtual di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, masa kritis yang sudah dilewati itu mendorong perekonomian global meningkat pada 2021 setelah mengalami kontraksi 3,8 persen pada 2020, kemudian ekonomi dunia diproyeksi tumbuh 5 persen pada 2021.
Perry Warjiyo mengungkapkan sejumlah indikator membuat krisis terlewati di antaranya dukungan stimulus fiskal dan moneter yang besar dari sejumlah negara, termasuk di Amerika Serikat dan China, serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian.
Baca juga: Menko Airlangga: Pemulihan ekonomi semakin nyata
Selain itu, lanjut Gubernur BI itu, ketidakpastian pasar keuangan global mereda, kemudian aliran modal asing ke negara berkembang karena melimpahnya likuiditas global, rendahnya suku bunga negara maju, serta tekanan nilai tukar dari dolar AS juga menurun.
Sementara itu di dalam negeri perekonomian juga membaik dan diproyeksi tumbuh positif pada triwulan IV-2020 dan berlanjut pada 2021 dengan diperkirakan pertumbuhan ekonomi RI mencapai kisaran 4,8-5,8 persen.
Pertumbuhan ekonomi juga meningkat di seluruh daerah, lanjut dia, karena didukung kenaikan ekspor dengan perbaikan ekonomi global, konsumsi dengan stimulus belanja sosial pemerintah, investasi dengan stimulus belanja modal dan investasi swasta dengan UU Cipta Kerja.
“Meningkatnya mobilitas manusia dengan vaksinasi,” imbuh Gubernur BI Perry Warjiyo.
Baca juga: Gita Wirjawan: Pulihnya daya beli tergantung kecepatan vaksinasi COVID
Sedangkan inflasi, berada pada level rendah yakni di bawah dua persen pada 2020 dan tetap terjaga pada kisaran tiga plus minus satu persen pada 2021 karena permintaan masih lemah, stabilitas rupiah dan koordinasi tim pengendalian inflasi pusat dan daerah.
Selain itu, kata dia, defisit transaksi berjalan diperkirakan rendah di bawah 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020 dan 2021, begitu juga cadangan devisa meningkat, stabilitas eksternal terjaga dan neraca pembayaran surplus.
“Nilai tukar rupiah stabil dan cenderung menguat, didukung kebijakan stabilisasi BI, dan masuknya aliran modal asing, rupiah secara fundamental masih undervalued, dan berpotensi menguat dengan rendahnya inflasi,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Baca juga: IHSG ditutup melambung 112,33 poin, ditopang naiknya data inflasi
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020