Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dirinya tidak pernah mengkhianti kebenaran dalam menghadapi segala permasalahan yang selalu ia hadapi selama lima tahun menjabat sebagai pejabat publik.

"Saya ingin katakan bahwa saya menang, saya berhasil karena mereka tidak berhasil mendikte saya," ujarnya dalam kuliah umum di Jakarta, Selasa malam.

"Saya berhasil dan menang, selama saya tidak menghianati kebenaran, selama saya tidak mengingkari nurani, dan selama saya terus menjaga harkat dan martabat diri saya, maka disitulah saya menang," tegasnya.

Ia juga mengatakan perihal pengunduran dirinya sebagai menteri keuangan untuk menerima jabatan direktur pelaksana Bank Dunia, disebabkan oleh realitas dan tekanan politik yang dihadapinya.

"Kalau pada hari ini ada yang menyesalkan, menangisi Sri Mulyani memutuskan mundur dari menkeu, tentu ini adalah kalkulasi sebagai sumbangan saya sebagai pejabat publik. Tidak lagi dikehendaki dalam suatu sistem politik kartel, dari suatu kepentingan itu (yang) begitu sangat dominan dan nyata," paparnya.

Untuk itu, ia juga menceritakan kondisi politik saat ini yang tidak memungkinkan dirinya untuk terus hadir dan bekerja dalam situasi tidak kondusif.

"Dimana sistem politik tidak lagi menghendaki atau tidak memungkinkan suatu etika publik tidak bisa dimunculkan maka membuat orang seperti saya tidak mungkin untuk eksis. Karena ketika saya berjanji sebagai pejabat publik, saya berjanji pada diri sendiri saya tidak ingin membuat orang menjadi korup. Sungguh painfull (menyakitkan) sekali. Saya tidak pernah meneteskan air mata untuk menegakkan prinsip itu," ujarnya.

Sri Mulyani yang berasal dari kalangan akademisi dan profesional sebelum menjabat sebagai menteri keuangan, menyatakan dengan pengalamannya di kabinet akhirnya menjadi mengerti dengan proses politik yang terjadi, hingga saat dia memutuskan menerima tawaran Bank Dunia.

"Saya bukan dari parpol, bukan politisi. Tapi bukan `nggak` mengerti proses politik. Kita punya perasaan bergumul, resah, menghadapi realita. Jangan-jangan orang ingin berbuat baik tapi malah frustasi. Banyak orang-orang diajak kompromi, dan kadang dihibur untuk menyenangkan beberapa orang," katanya.

Ia menyayangkan terjadinya kasus penyelamatan Bank Century yang membuat analogi mengenai dirinya tentang penghakiman yang telah terjadi.

"Saya bertanya apakah proses politik membolehkan seseorang untuk dihakimi bahkan tanpa pengadilan," tuturnya.(*)
(T.S034/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010