Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Mohammad Qodari menilai, faktor ketua dewan pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono masih dominan menjadi penentu kemenangan namun kandidat ketum yang ideal adalah yang dapat dukungan dari atas yakni SBY dan bawah DPC-DPC.

"Saya lihat SBY masih dominan menjadi penentu kemenangan. Tapi calon ideal adalah yang dapat dukungan dari atas yakni SBY dan bawah DPC-DPC," kata M Qodari yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer dalam diskusi terbatas "Menuju Kongres Partai Demokrat Yang Demokratis: Demokrat Buat Semua, Semua Buat Demokrat" di Jakarta, Selasa.

Lebih lanjut Qodari menjelaskan, memang jika dilihat secara hitam-putih aturan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) maka penentu suara ada di DPC-DPC. Namun, tambah Qodari, faktor SBY tidak bisa dihilangkan.

Qodari menjelaskan bahwa dari penelitian yang dilakukannya hanya ada dua kategori partai yakni partai yang menurun terus perolehan suaranya dari pemilu ke pemilu dan partai yang cenderung naik terus suaranya.

Dan partai yang naik tersebut, tambah Qodari, hanya Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.

"Partai Demokrat tumbuh agak terlalu cepat dari pada kapasitas dan kemampuan yang dia miliki. Demokrat tumbuh besar karena ketokohan SBY," kata Qodari.

Karena itu, tambahnya, faktor SBY tidak bisa dipungkiri. Qodari menjelaskan memang ada teori yang mengatakan, orang bisa jadi DPR kalau punya kerja politik baik.

"Tetapi ada yang menarik yakni ada yang lebih cepat kalau masuk ke partai besar. Nah hal seperti itulah yang terjadi di Demokrat," katanya.

Perolehan suara Demokrat pada Pemilu 2004 yang hanya tujuh persen kemudian tiba-tiba melejit langsung 21 persen pada Pemilu 2009 membuat bebannya sangat berat.

Menurut Qodari, pada Kongres I Partai Demokrat 2005 berlangsung sangat minimalis karena suasana kebatinan ada konflik tak berkesudahan dari para pendiri.

Karena itu, tambahnya, yang dibutuhkan saat itu orang yang bisa menjadi titik temu bagi semua. "Sekarang tantangan Partai Demokrat harus mencari pemimpin yang bisa membangun institusi, dan pengkaderan ke depan," kata Qodari.

Jadi, pengkaderan dan membangun sistem menurut Qodari menjadi kuncinya. Hal itu diperlukan karena pada 2014 SBY sudah tak lagi presiden sehingga daya dongkrak untuk menarik mulai menurun.

Sementara menurut Tim pemenangan Andi bidang Kominfo, Panangian Simanungkalit, yang dibutuhkan oleh Demokrat saat ini adalah seorang `petarung` bukan sekadar sosok yang mirip SBY di luarnya.

"Sekarang kita butuhkan seorang petarung tapi 'dikendalikan' emosinya oleh `pemiliknya` yakni SBY," kata Panangian.

Menurut Panangian akar budaya Indonesia masih dibutuhkan tokoh sentral untuk pengambil keputusan akhir. "Tokoh sentral ini sebagai tokoh pemersatu. Jadi ketua Dewan Pembina SBY tak mungkin ditinggalkan," kata Panangian.

Panangian menjelaskan bahwa demokrasi yang menang mengambil semua. Namun, pertanyaan apakah hal itu sesuai dengan budaya Indonesia.

"SBY bilang yang menang merangkul yang kalah. Dan motto Andi Mallarangeng adalah `Demokrat buat semua, semua buat Demokrat," ujarnya.
(J004/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010