Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juni, turun 1,88 dolar menjadi 69,73 dolar per barel, setelah sebelumnya mencapai 69,27 dolar -- tingkat terendah sejak 5 Oktober 2009.
Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Juli merosot 2,56 dolar AS menjadi 75,37 dolar per barel.
"Ada beberapa keraguan tentang apakah bailout (dana talangan) Yunani benar-benar akan bekerja dan jika pasar benar-benar akan membelinya," kata Rick Mueller, direktur pasar minyak di Energy Security Analysis yang berbasis di AS.
"Ada banyak rasa sakit datang ke sana," ia menambahkan dalam sebuah peringatan suram, menunjukkan bahwa harga bahkan bisa lebih rendah.
Pasar minyak juga memperpanjang kerugian minggu lalu karena euro merosot di tengah kekhawatiran terus-menerus utang zona euro.
"(Salah satu) faktor yang menekan harga minyak adalah berlanjutnya penguatan dolar AS terhadap euro," kata David Moore, penyiasat komoditas Bank Commonwealth of Australia yang berbasis di Sydney.
"Pada dasarnya, pasar minyak tidak terlalu ketat sehingga mereka
rentan terhadap sentimen negatif dan itulah sebenarnya apa yang telah terjadi," katanya.
Sebuah dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk para pembeli yang menggunakan mata uang lemah, menekan permintaan, yang menyebabkan harga minyak turun.
Moore mengatakan harga kemungkinan turun lebih lanjut karena pasar adalah "dalam satu periode volatilitas dan ketidakpastian yang cukup besar."
Pasar di bawah tekanan sementara dari persediaan yang meningkat di Amerika Serikat, menunjukkan melambatnya permintaan di negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Di tempat lain pada Senin, Irak menandatangani kesepakatan dengan raksasa energi China, CNOOC dan TPAO Turki, untuk mengembangkan sebuah kompleks ladang minyak utama selatan, dengan 11 kesepakatan dengan perusahaan-perusahaan energi asing karena Baghdad bertujuan untuk meningkatkan produksi.
CNOOC dan TPAO setuju untuk membayar 2,30 dolar per barel minyak ekstraksi dari gugus Maysan dari ladang tersebut, yang memiliki cadangan terbukti 2,6 miliar barel.
Berdasarkan kesepakatan itu, produksi diproyeksikan akan digenjot menjadi 450.000 barel per hari (bpd) dari produksi saat ini sekitar 100.000 barel per hari.
Perusahaan China akan memiliki 85 persen saham dalam usaha patungan itu, sementara TPAO memegang 15 persen sisanya. Pemerintah Irak akan memiliki 25 persen saham di proyek secara keseluruhan. (A026/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010