kita tidak boleh kalah, tetap jaga semangat kita untuk memutus rantai penularanJakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengatakan peningkatan kasus aktif COVID-19 berpotensi mendorong penularan yang lebih besar.
"Kasus aktif yang tinggi berpotensi meningkatkan 'multiplier effect' yaitu penularan yang lebih tinggi utamanya jika kita mengabaikan protokol kesehatan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Menurut data satgas, terjadi peningkatan kasus positif 19,8 persen pada 22-29 November 2020.
"Saya di sini minta masyarakat untuk patuh protokol kesehatan. Kami di sini memahami bahwa masyarakat sudah mulai lelah menghadapi pandemi ini, akan tetapi kita tidak boleh kalah. COVID-19 belum berakhir," katanya.
Artinya, katanya, masih ada cara lainnya untuk tetap produktif dengan kebiasaan baru, yaitu dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak di manapun berada.
"Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Kementerian Kesehatan pada satu minggu terakhir terjadi kenaikan kasus cukup besar, yaitu 19,8 persen yaitu dari 30.555 kasus di minggu lalu menjadi 36.600 pada minggu ini," ungkap Wiku.
Baca juga: Satgas: Zona merah bertambah dua kali lipat, zona hijau menipis
Hingga 1 Desember 2020, terjadi penambahan kasus positif 5.092 orang, di mana kasus aktifnya 72.015 atau 13,2 persen, sedangkan jumlah kasus sembuh 454.879 atau 83,6 persen, sedangkan jumlah kasus meninggal kumulatif 17.081 atau 3,1 persen.
Pada periode 22-29 November 2020 pun terjadi keseimbangan antara provinsi yang mengalami kenaikan kasus, yaitu 17 provinsi dan provinsi yang mengalami penurunan jumlah kasus yang juga 17 provinsi.
"Pada provinsi yang mengalami kenaikan kasus, maka kenaikan tertinggi terlihat di Jawa Tengah yaitu mengalami kenaikan kasus 3.680 atau dari 3.937 menjadi 7.617, disusul Banten naik sebesar 519 dari 645 menjadi 1.164, Jawa Timur naik 412 dari 2.392 menjadi 2.804, lampung naik sebesar 307 dari 344 menjadi 651, Kepulauan Riau naik lebih dari dua kali lipat yaitu 298 menjadi 205 menjadi 503," ungkap dia.
Dari provinsi tersebut terlihat bahwa Provinsi Jawa Timur masih bertahan menjadi provinsi dengan kasus tertinggi dalam dua pekan terakhir.
"Selain itu pada minggu ini, Provinsi Jawa Tengah kembali masuk ke jajaran provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi, di mana pada minggu lalu sempat keluar dari ranking 5 tertinggi dari daftar beberapa provinsi ini pula muncul satu nama provinsi baru yang belum pernah masuk ke dalam jajaran kenaikan kasus tertinggi nasional yaitu Kepulauan Riau," katanya.
Dari data tersebut, Wiku menyatakan bahwa pandemi COVID-19 masih ada dan ada di mana-mana.
"Tidak kenal umur, tidak kenal orang, cepat atau lambat jika seseorang lengah maka orang tersebut akan menjadi penderita selanjutnya. Kami memahami bahwa masyarakat sudah mulai jenuh dan lelah menghadapi pandemi ini. Namun, kita tidak boleh kalah, tetap jaga semangat kita untuk memutus rantai penularan," tegas Wiku.
Baca juga: Satgas: Penambahan kasus COVID-19 karena masyarakat tak disiplin
Baca juga: Kesiapan "cold chain" vaksin COVID-19 capai 97 persen
Baca juga: Satgas : Liburan akhir tahun bisa tambah 2-3 kali kasus baru COVID-19
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020