Bekasi (ANTARA News) - Forum Anti-Pemurtadan Bekasi, Jawa Barat, membantah pelaku pemukulan terhadap dua juru kamera televisi swasta nasional dalam aksi demo yang digelar Jumat (14/5) adalah anggota mereka.
"Hingga kini kami tidak kenal siapa pelaku pemukulan itu. Kami menduga pelaku adalah oknum penyusup yang sengaja memperkeruh suasana," ujar Koordinator Forum Anti-Pemurtadan Bekasi (FAPB), Murhali Barda, kepada wartawan, di Bekasi, Minggu malam.
Menurutnya, dalam tayangan gambar video yang ditunjukkan oleh korban pemukulan masing-masing Aditya (40) juru kamera RCTI, dan Steven Antoni (23) juru kamera RCTI, pelaku pemukulan memiliki ciri usia relatif muda, menggunakan sorban, berjenggot, rompi berwarna coklat, dan berpakaian putih-putih.
"Saya sama sekali tidak mengenali si pelaku dari gambar itu. Sebab, bukan sesuatu yang mustahil bila ada segelintir pihak yang memanfaatkan situasi untuk merusak citra umat muslim di Bekasi dengan aksi kekerasan," ujarnya.
Murhali mengatakan, pihaknya hingga kini masih melacak keberadaan pelaku berdasarkan ciri tersebut melalui informasi yang dihimpun pihaknya dari berbagai sumber.
"Bila memang dia adalah anggota kita, pasti kami sudah mengenali dia. Namun, sampai saat ini masing-masing pimpinan Ormas tidak ada yang kenal sama si pelaku," ujar Murhali yang juga Ketua Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya.
Kronologis insiden itu, kata dia, terjadi saat ribuan demonstran tengah menggelar shalat berjamaah di sekitar ruas jalan Patung Tiga Mojang, Perumahan Harapan Indah, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.
"Tiba-tiba melintas sebuah kendaraan jenis kijang kapsul berwarna silver dengan nomor polisi B 2068 JN di sekitar kerumunan massa yang tengah menggelar shalat Ashar. Sebagian massa merasa terganggu dengan situasi itu, dan memberhentikan si pengendara hingga terjadi cek cok mulut," katanya.
Saat itu, kata dia, datang beberapa petugas kepolisian dari Polsek Medan Satria untuk mengamankan anggota FAPB yang terlibat cek cok mulut. "Saat proses pengamanan berlangsung, rekan kami tidak terima dengan penangkapan itu dan mencoba menghalangi proses pengamanan itu hingga salah seorang polisi memukul anggota FAPB.
"Terjadilah kericuhan hingga berbuntut pada pemukulan dua juru kamera TV yang pada saat itu sedang merekam kejadian. Steven terkena pukulan dibagian kepala, sementara Aditya dijambak dan dirusak kartu identitasnya," kata Murhali.
Sementara itu, dalam proses mediasi antara kedua pihak di Rumah Makan Ponyo, Kecamatan Bekasi Timur, tidak ditemukan kata sepakat yang mengarah pada perdamaian.
Juru bicara korban, Muhabar, selaku Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Bekasi, tetap mendesak agar FAPB segera menemukan pelaku dari tindak kekerasan terhadap anggotanya.
"Secara pribadi kami tidak ada persoalan, namun sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap insiden pemukulan ini, sebaiknya Murhali segera mencari pelakunya. Kami akan meneruskan proses ini melalui jalur hukum," katanya.
Laporan keduanya, kata dia, telah disampaikan ke Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi, Nomor LP/1231/ K/7/2010/SPK/Resor Bekasi, yang diterima Ipda Hotman Hutajulu.
"Korban sudah divisum, dokter menyatakan kepala mengalami luka memar. Saya berharap polisi segera memeriksa pelaku," katanya.
Menurut rencana, Pokja Wartawan Bekasi akan menggelar aksi unjuk rasa terkait kasus kekerasan terhadap wartawan di wilayah setempat. Kegiatan itu akan berlangsung di pelataran parkir gedung Walikota Bekasi, Jalan Ahmad Yani nomor 1 Kecamatan Bekasi Selatan, pada Senin (17/5). (AFR/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tahayul harus di paksa,berpuasa merepotkan orang lain,harus minta di hormati.
Tahayul arab memang benar2 bisa membuat orang jadi berotak Budak (disuruh jadi zombee/ teroris) apa saja mau.