Jakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menargetkan bisa menghasilkan lima radioisotop dan radiofarmaka dalam pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kesehatan selama periode 2020 hingga 2024.
"Selama periode 2020-2024 paling tidak ada lima prototipe yang kita targetkan untuk bisa kita selesaikan dan siap dimanfaatkan oleh masyarakat," kata Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan di Jakarta, Selasa, dalam seminar virtual untuk memperingati hari ulang tahun BATAN.
BATAN sejak tahun 2019 sudah mencanangkan radioisotop dan radiofarmaka sebagai tema prioritas riset dan inovasi. Target untuk menghasilkan lima radioisotop dan radiofarmaka tertuang dalam Prioritas Riset Nasional (PRN).
Anhar menjelaskan, radioisotop dan radiofarmaka sangat bermanfaat dalam diagnosa dan terapi penyakit seperti kanker.
Produk radioisotop dan radiofarmaka yang dihasilkan BATAN antara lain radiofarmaka senyawa bertanda 131I-MIBG untuk diagnosa dan terapi kanker neuroblastoma, radiofarmaka senyawa bertanda 153Sm-EDTMP untuk terapi paliatif pada penderita kanker yang sudah metastasis, DTPA untuk diagnosis fungsi ginjal, MIBI untuk diagnosis fungsi jantung, dan MDP untuk diagnosis tulang.
Menurut dia, Indonesia juga sudah bisa menghasilkan radioisotop dan radiofarmaka untuk diekspor.
"Kita berharap pada tahun-tahun akan datang pengembangan radiosotop dan radiofarmaka bisa lebih besar," kata Anhar.
Ia menjelaskan bahwa produk radioisotop dan radiofarmaka sebenarnya sudah lama dikembangkan di Indonesia. Beberapa tahun setelah reaktor nuklir pertama diresmikan di Bandung oleh Presiden Soekarno, pada tahun 1960an, Indonesia sudah bisa mengekspor radioisotop ke Singapura.
Baca juga:
BATAN hasilkan 5 produk radiofarmaka terkait kanker-jantung-ginjal
BATAN gandeng Jepang untuk tingkatkan teknologi radiosiotop dan radiofarmaka
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020