Teheran (ANTARA News/AFP) - Presiden Brazil Lula Inacio da Silva tiba di Teheran, Ahad, untuk pertemuan puncak nuklir yang negara-negara besar katakan mungkin terbukti akan menjadi kesempatan terakhir bagi Teheran untuk menghindari sanksi baru PBB yang keras.
Kedatangan pemimpin Brazil itu, yang memimpin delegasi 300 orang, disambut oleh Menlu Iran Manouchehr Mottaki, menurut wartawan AFP. Ia dijadwalkan mengadakan kunjungan dua hari di Iran.
Ia akan bertemu Ahad pagi dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan juga akan bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Sebelum lawatannya, Lula mengatakan pada wartawan di Moskow bahwa ia "optimistis" dan mengharapkan akan dapat membujuk Presiden Iran Mahmoud Ahamdinejad untuk mencapai perjanjian dengan Barat.
"Saya sekarang harus menggunakan segala yang saya pelajari selama karir politik saya yang panjang untuk meyakinkan teman saya Ahmadinejad untuk mencapai perjanjian dengan masyarakat internasional," kata Lula.
Hanya beberapa jam sebelum kedatangannya, Iran menyatakan negara itu ingin membicarakan tempat untuk menukar uranium yang perlu diperkaya untuk reaktor riset nuklir, jika negara itu memperoleh "jaminan konkrit", televisi Al Alam melaporkan.
Jurubicara kementerian luar negeri Ramin Mehmanparast mengatakan, seperti dikutip oleh saluran berbahasa Arab itu, bahwa Teheran telah menandatangani perjanjian mengenai jumlah uranium yang akan ditukar dan modalitas pertukaran -- secara seremtak atau dalam beberapa tumpukan.
"Ada perjanjian mengenai waktu dan jumlah bahan bakar yang akan ditukar," kata Mehmanparast, menurut Al Alam, tanpa menguraikan perjanjian itu atau dengan siapa perjanjian itu dicapai.
"Tapi masih ada lokasi (untuk diputuskan) dan jika ada jaminan nyata, Iran ingin membicarakan lokasi itu," ia menambahkan.
AS dan Rusia telah menyatakan bahwa kesempatan Lula untuk berhasil, kecil.
Brazil sekarang adalah anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan sejauh ini menentang upaya pimpinan AS untuk mendesakkan putaran keempat sanksi terhadap Iran karena kegagalannya mengacuhkan ultimatum berulang kali untuk menghentikan kegiatan pengayaan uraniumnya.
Iran telah menolak usulan PBB untuk memperkaya uranium di luar negeri yang negara itu katakan diperlukan untuk reaktor riset nuklir. Barat khawatir Iran ingin sekali memperkaya uranium untuk membuat bom atom, tuduhan yang Iran bantah dengan keras. (S008/K004)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010