Kapolres Manggarai AKBP Hambali yang dikonfirmasi ANTARA dari Kupang, Jumat malam, membenarkan peristiwa itu dan menyatakan sudah menangkap dua orang tersangka serta menyita sembilan bom molotov yang hendak diledakkan di Kantor KPU Manggarai di Kota Ruteng.
"Saat ini, anggota kami sedang mengejar sejumlah pelaku yang berhasil melarikan diri setelah upaya mereka mengebom Kantor KPU Manggarai di Kota Ruteng, berhasil digagalkan," katanya.
Ia menambahkan berkenaan dengan penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah di Manggarai pada 3 Juni mendatang, pihaknya tetap menjaga Kantor KPU Manggarai dalam tempo 1x24 jam.
"Dari belakang kantor KPU, anggota saya mengamati ada beberapa orang yang bertingkah aneh. Ketika ditanya dan digeledah ternyata mereka membawa botol bersumbu, semacam bom molotov," kata Kapolres Hambali.
Aparat kepolisian yang bertugas pada saat itu, ujarnya, langsung mengamankan dua ortang tersangka pelaku, namun sekelompok rekan mereka melarikan diri.
Keterangan yang diperoleh menyebutkan ada sembilan orang melarikan diri, namun Kapolres menyatakan, belum bisa menentukan jumlah mereka yang melarikan diri.
Ia menambahkan ketika polisi berhasil menggagalkan rencana sekelompok orang yang hendak melempar bom molotov ke Kantor KPU Manggarai, juga tengah berlangsung demonstrasi dari massa pendukung bakal calon bupati dan wakil bupati yang gugur, karena tidak memenuhi syarat untuk maju sebagai calon independen.
Salah seorang dari dua pelaku yang ditangkap diidentifikasi bernama Feliks Tampuk.
Feliks ketika diinterogasi menyebut nama seorang pemimpin lembaga swadaya masyarakat (LSM) di daerah itu, namun sejauh ini polisi belum menangkap tokoh LSM dimaksud.
Seorang saksi mata di lokasi kejadian, Valentinus yang dihubungi mengatakan, sebelum melarikan diri, sekelompok orang (sekitar sembilan orang) meninggalkan botol-botol bersumbuh di tengah kerumuman massa.
Sampai dengan berita ini disiarkan, aparat Polres Manggarai tengah dikerahkan untuk mengejar para pelaku yang melarikan diri.
Manggarai adalah satu dari enam kabupaten di NTT yang akan menyelenggarakan pilkada serentak pada pekan pertama Juni mendatang.
"Meskipun ada demonstrasi dan ada ancaman pengeboman terhadap Kantor KPU Manggarai, suasana Kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai masih tetap terkendali dan normal-normal saja," kata Hambali.
Dari enam kabupaten di NTT yang akan menyelenggarakan pesta demokrasi rakyat pada 3 Juni mendatang, tercatat dua kabupaten yang memiliki tensi politik cukup tinggi, yakni Manggarai di ujung barat Pulau Flores dan Flores Timur di ujung timur Pulau Flores.
Gejolak politik di Manggarai terjadi menyusul dua pasangan calon kepala daerah dari jalur independen digugurkan oleh KPU setempat, karena tidak memenuhi syarat dukungan untuk maju dalam gelanggang pilkada.
Sementara, di Kabupaten Flores Timur, gejolak politik terjadi setelah KPU pusat memerintahkan KPU Flores Timur untuk mengakomodir kembali pasangan Simon Hayon-Fransiskus Diaz Alffi (Mondial) yang digugurkan oleh KPU setempat pada pleno 15 April lalu.
Akibatnya, massa dari lima pasangan calon bupati dan calon wakil bupati yang sudah mendapat nomor urut terus melakukan protes di KPU Flores Timur di Larantuka.
Pada Jumat siang di Kupang, Juru Bicara KPU Provinsi NTT Djidon de Haan menyatakan, pilkada di Flores Timur kemungkinan besar ditunda karena situasi keamanan di ujung timur Pulau Flores itu dilaporkan tidak kondusif.(*)
(T.K006/L003/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010