Teheran (ANTARA News/AFP) - Presiden Brasil Luiz Incaio Lula da Silva akan bertolak ke Iran Ahad untuk menghadiri KTT Non Blok yang Amerika Serikat peringatkan mungkin menawarkan peluang terakhir bagi Iran menghindari sanksi-sanksi baru PBB.

Iran berharap menggunakan kesempatan itu untuk merundingkan masalah nuklirnya dengan Brasil dan Turki-- penengah penting lainnya dalam konflik dengan Barat menyangkut program nuklir Iran.

Tetapi Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan Jumat mengatakan ia tidak mungkin ke Teheran karena Iran tidak menegaskan satu komitmen pada perjanjian yang ditengahi PBB yang didukung negara-ngara penting dunia.

Turki dan Brasil adalah anggota tidak tetap Dewan keamanan PBB dan sejauh ini menentang usaha-usaha yang dipimpin AS untuk memberlakukan paket sanksi keempat karena Iran tidak mentaati ultimatum berulang-ulang agar meghentikan kegiatan pengayanaan uraniumnya yang sensitif.

"Saya kira kami akan menganggap kunjungan Lula sebagai peluang besar terakhir bagi tercapainya satu perjanjian," kata pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang tidak bersedia namanya disebutkan kepada wartawan, Kamis.

Presiden Brasil itu yang mendukung kegiatan-kegiatan nuklir Iran, mengatakan Teheran punya hak bagi energi nuklir. Ia berulang-ulang mengatakan setiap sanksi adalah kontraproduktif dan tidak efektif.

Tetapi Departemen Luar Negeri AS mengindikasikan waktunya hampir habis sebelum mengajukan satu resolusi sanksi Dewan Keamanan PBB.

"Dalam beberapa pekan ke depan, kami mengharapkan akan membahas satu resolusi di New York," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley kepada wartawan di Washington,Kamis.

"Kami terus bergerak maju mengenai satu resolusi sanksi-sanksi. Kami merasa hal ini mendesak."

Untuk memperkuat itu, Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Barack Obama dan sejawatnya dari Rusia Dmitry Medvedev telah membicarakan masalah nuklir Iran melalui telepon Kamis dan sepakat untuk meningkatkan perudingan mengenai satu paket sanksi-sanksi baru.

Kedua pemimpin itu menyatakan ada "kemajuan yang baik" dicapai mengeni masalah itu dan "sepakat untuk memerintahkan para perunding mereka meningkatkan udaha-usaha mereka untuk mencapai keputusan secepat mungkin," kata sebuah pernyatasn.

Persetujuan Rusia pada satu resolusi baru akan menjadikan China sebagai hambatan terakhir di kalangan lima anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto, yang membuat sanksi-saksi semakin lebih dekat.

Usaha-usaha diplomatik untuk menyelesaikan kebuntuan itu dipusatkan pada usul-usul yang dirancang PBB pertama diajukan Oktober lalu agar Iran mengirimkan sebagian besar cadangan uraniumnya yang diperkaya dalam kadar rendah dengan imbalan pasokan bahan bakar nuklir oleh negara-negara besar.

Tetapi Iran berulang-ulang menolak gagasan pengiriman cadangan uraniumnya sebelum menerima bahan bakar nuklir untuk satu reaktor riset medis Teheran dan menuntut pertukaran itu dilakukan secara serentak dan di negaranya.

Akan tetapi, pekan lalu duta besarnya untuk Brazil, Mohsen Shaterzadeh, mengindikasikan sikap yang lunak, mengatakan pihaknya mungkin dapat menyetujui pertukaran itu dilakukan di negara ketiga.

Turki, yang walaupun sekutu dekat Barat juga memliki hubungan dekat dengan tetangga timurnya itu, berulang-ulang menawarkan untuk bertindak sebagai negara ketiga.

Dua pendukung penting usaha penengahan Turki -- Presiden Suriah Bashar al Assad dan emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al Thani, keduanya mendukung Iran -- juga berada di Iran, Ahad.(*)

(Uu.H-RN/M016/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010