"Sepengatahuan saya dulu dia (Saptono) pengojek motor," kata Yayat Hidayat, adik ipar Saptono di Desa Sajira Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Jumat.
Yayat mengatakan, dirinya sudah lama tidak bertemu dengan Saptono karena kakak iparnya itu sering berada di luar daerah.
Saptono pernah terakhir ketemu tahun 1997 lalu di rumah orangtuanya. Yayat mengaku tidak mengetahui kegiatan Saptono di luar daerah.
"Saya mendengar kakak iparnya Saptono dan Jaja Pura Sudarma sering ke Malaysia, Fhilipina, dan Afghanistan," katanya.
Menurut dia, jika Saptono dan Jaja Pura Sudarma kembali ke kampung halamanya suka membagi-bagikan uang kepada anak yatim piatu dan orang miskin.
Kedua kakak beradik tersangka terorisme yang tewas ditembak mati tim Densus 88 saat penggrebagan di dua tempat yakni Aceh Besar dan Cikampek.
"Saya tidak mengetahui kakak iparnya itu bekerja apa karena jika pulang ke rumah suka bawa uang banyak," katanya.
Dia menyebutkan, dirinya pernah diajak Saptono ikut pengajian di Jakarta, namun dalam pengajian itu ia tidak sepaham.
Karena itu, kata dia, dirinya hingga kini tidak mau berhubungan kembali dengan Saptono maupun Jaja Pura Sudarma.
Meskipun tidak sepaham, ujar dia, dirinya tetap merasa kasihan karena kedua kakak iparnya itu mati ditembak Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
"Saya mendoakan semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT," katanya.
Sementara itu, Nurdin, warga Desa Sajira Kecamatan Sajira mengaku Saptono pernah menjadi pengojek motor namun tidak begitu lama dia pergi ke Jakarta dan Bandung.
"Saya tidak mengira Saptono itu tersangka teroris, padahal dia itu orangnya baik," katanya.(ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010