Jakarta (ANTARA) - Sebagai salah satu BUMN Karya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA banyak terlibat dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan proyek strategis nasional.
Karena itu peranan BUMN Karya tersebut dalam menjalankan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia sangat signifikan.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito memaparkan progres pembangunan sembilan dari 11 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditangani perusahaan telah mencapai lebih dari 50 persen.
Proyek-proyek strategis nasional tersebut, beberapa di antaranya terkait dengan infrastruktur jalan tol yakni Jalan Tol Kunciran – Cengkareng dan Jalan Tol Serang-Panimbang.
Baca juga: Waskita Karya bukukan kontrak baru Rp15 triliun hingga Oktober 2020
Jalan Tol Serang-Panimbang memiliki panjang 83,67 km terbagi menjadi 3 Seksi, yakni Seksi 1 Ruas Serang – Rangkasbitung (26,50 km), Seksi 2 Ruas Rangkasbitung - Cileles (24,17 km), dan Seksi 3 Ruas Cileles - Panimbang (33 km).
Pembangunannya dikerjakan dengan skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan nilai investasi sebesar Rp5,33 triliun terdiri dari Seksi 1 - 2, porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) oleh PT Wijaya Karya Serang Panimbang dan Seksi 3 porsi pemerintah.
Saat ini jalan tol tersebut progres pembangunannya telah mencapai 84,18 persen sehingga diharapkan dapat mendukung arus mudik Lebaran 2021.
Proyek jalan tol lainnya yakni proyek Tol Kunciran-Cengkareng yang merupakan bagian dari Jakarta Outer Ring Road (JORR) II. Jalan Tol ini ditargetkan selesai pada akhir Desember 2020
Jalan tol ini diharapkan menjadi akses yang sangat penting kehadirannya karena akan menjadi salah satu akses tol alternatif menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan wilayah sekitarnya.
Dukung kemandirian material aspal
Pembangunan jalan tol yang masif dilakukan oleh BUMN karya seperti WIKA terus mengalami peningkatan pada mas periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Waskita akan terbitkan obligasi untuk modal kerja proyek
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR Danang Parikesit mengungkapkan perkembangan pembangunan jalan tol saat ini semakin mengalami peningkatan, yaitu total jalan tol di Indonesia berdasarkan monitoring konstruksi jalan tol sudah mencapai sepanjang 2.307 km menyusul ruas-ruas lainnya yang selesai konstruksi pada akhir tahun 2020.
Gencarnya pembangunan jalan tol di Indonesia tersebut tentunya ditanggapi oleh WIKA melalui dukungan terhadap kemandirian produksi aspal dalam negeri.
Saat ini WIKA sedang mengembangkan aspal ekstraksi yang akan menjadi material pengganti aspal impor. Pengembangan ini sedang diupayakan dan terus dikejar sehingga pada 2023 harapannya WIKA sudah bisa mengambil porsi 50 persen dari aspal impor yang dapat digantikan oleh aspal ekstraksi buatan dalam negeri.
Seperti diketahui bersama kebutuhan produk aspal nasional adalah sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dengan 300 ribu ton di antaranya sudah bisa dipenuhi produsen dalam negeri, sehingga sekitar satu juta ton aspal masih diimpor.
Dengan demikian WIKA dituntut untuk menekan impor dan perseroan sudah melakukan riset serta pengembangan sejak 2015, kemudian pada 2018 sudah membangun mini extraction plant untuk aspal dengan kapasitas 2.000 ton per tahun dan saat ini sudah bisa berproduksi.
Setelah melalui serangkaian uji coba, ternyata memang dari semua aspek aspal yang dihasilkan oleh WIKA memiliki kualitas lebih baik dibandingkan aspal yang beredar di pasaran yakni jenis aspal penetrasi rendah (PEN) 60/70.
BUMN karya tersebut sedang dalam proses pengeluaran sertifikat bagi aspal Buton yang dihasilkan yakni jenis PEN 40/50, yang pada Desember 2020 diharapkan sudah terbit sehingga telah tersertifikasi dan bisa digunakan oleh pelaku jasa konstruksi di Indonesia.
Di samping itu, WIKA juga berencana untuk membuat big extraction plant untuk aspal berkapasitas 2x100.000 ton per tahun pada 2021, kemudian pada 2022 akan memulai untuk membangun pabrik berikutnya.
Di mata pengamat transportasi seperti Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, kemandirian aspal dalam negeri yang sedang diupayakan WIKA tersebut merupakan hal yang vital terkait keberlanjutan pembangunan jalan tol.
Produksi aspal karya anak bangsa ini selain bermanfaat dalam mendukung perawatan-perawatan jalan tol dan nasional, juga berpotensi untuk diekspor sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi Indonesia.
Pelopor pembangunan infrastruktur
Tidak hanya membangun jalan tol dan mengupayakan kemandirian aspal domestik, WIKA juga dipandang sebagai BUMN karya pelopor pembangunan infrastruktur.
Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan yang diperoleh WIKA dari berbagai pihak, termasuk pihak asing.
Itu terlihat dari kiprah WIKA di tingkat global yang semakin diakui lewat 13 proyek infrastruktur internasional yang diraih oleh BUMN karya tersebut.
Ke-13 proyek infrastruktur itu antara lain jembatan, bangunan dan gedung, jalan kereta api, stasiun MRT, termasuk Multipurpose Sport Complex di Kepulauan Solomon yang disiapkan untuk turnamen antar negara Pasifik 2023.
WIKA sendiri memang dikenal sebagai BUMN karya yang dikenal tidak hanya gencar membangun infrastruktur dalam negeri, namun juga mendapatkan kepercayaan untuk menggarap proyek-proyek infrastruktur di luar negeri.
Salah satu proyek infrastruktur perhubungan internasional WIKA yang cukup menonjol adalah pembangunan moda MRT di Taiwan. Perjalanan WIKA di Taiwan dimulai saat perseroan digandeng oleh kontraktor terbesar di Taiwan, RSEA Engineering Corporation, untuk mengerjakan jalur MRT inner ring road di kota New Taipei City.
Jalur yang diberi nama Sanying Line ini nantinya akan membentang sepanjang 14,3 kilometer dan menghubungkan daerah Tucheng, Sanxia, dan Yingge dengan 13 stasiun pemberhentian.
Sanying Line sendiri akan menjadi stepping stone bagi Pemerintah Taiwan untuk mewujudkan integrasi transportasi dari Bandara Taiwan ke Taipei City.
Pembangunan proyek ini turut melibatkan 133 duta bangsa dan tengah fokus pada pengerjaan empat stasiun di daerah Yingge dan Sanxia yang rata-rata berjarak 1,2 kilometer antar stasiun.
Pengerjaan MRT Taiwan itu sudah dimulai sejak pertengahan 2019 lalu dan saat ini sedang berfokus pada tahap pekerjaan basement, kolom, dinding dan platform di empat stasiun.
Keberhasilan WIKA sebagai BUMN karya dalam menembus pasar global, menurut Sekretaris Kementerian BUMN Susyanto, tidak terlepas dari dari faktor kepercayaan yang menjadi tolak ukur utama dalam menjalin kemitraan dengan pihak asing.
Faktor kedua yang membuat BUMN karya seperti WIKA berhasil menembus pasar global adalah mampu meyakinkan negara luar dengan memberikan hasil yang berkualitas dan terbaik.
Penilaian dari Susyanto tersebut juga diamini oleh pengamat infrastruktur Yayat Supriyatna bahwa WIKA merupakan BUMN karya paling berprestasi dan menonjol dalam pembangunan infrastruktur baik di dalam negeri maupun internasional. Sebetulnya BUMN karya ini banyak menjadi pelopor di berbagai proyek infrastruktur.
Melihat beragam prestasi dan proyek yang berhasil diraih PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, maka BUMN karya ini dapat menjadi tumpuan harapan bagi pemulihan ekonomi Indonesia terutama di sektor konstruksi.
Pembangunan infrastruktur-infrastruktur yang dapat mendukung percepatan pemulihan seperti jalan tol akan semakimn digencarkan ke depannya.
Tidak hanya itu investor dan perusahaan konstruksi asing yang berpeluang masuk pasca terbitnya UU Cipta Kerja juga dapat momentum positif bagi WIKA dalam menjalin kerjasama lebih banyak, mengingat pihak asing akan lebih mengedepankan faktor trust dalam menjalin kemitraan.
Dengan melihat kedua peluang di atas dan kapabilitas, inovasi, dan teknologi yang dimiliki oleh WIKA, bisa dikatakan WIKA merupakan salah satu BUMN karya yang menjadi ujung tombak pembangunan infrastruktur.
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020