Kuala Lumpur (ANTARA News) - Bagi pebulutangkis asal Denmark Peter Gade, kompetisi Piala Thomas 2010 boleh saja menjadi yang terakhir, tetapi belum tentu dengan karirnya di bulu tangkis.
"Saya sudah cukup tua, mungkin ini Piala Thomas terakhir saya," kata pemain peringkat empat dunia kelahiran Aalborg, 14 Desember 1976 itu.
Bersama negaranya, Denmark, Peter sudah terlibat dalam kejuaraan dunia beregu putra itu sejak 1996 dan jika tidak pernah absen berarti sudah delapan kali ia membela negaranya.
Di dalamnya, ia tiga kali membantu tim Denmark mencapai final dan tiga kali terhenti di semifinal.
Namun bersamanya, Denmark yang tercatat sebagai negara paling sering berpartisipasi dalam turnamen tersebut, masih juga belum berhasil mengangkat trofi.
Denmark beberapa kali sampai babak perebutan gelar, namun selalu kalah di final. Tim Denmark bahkan sudah mencapai final pada penyelenggaraan pertama di Preston, Inggris 1949, namun kalah oleh tim Malaya.
Akan tetapi pada dua edisi terakhir, Denmark tidak mencapai semifinal. Dua tahun lalu di Jakarta, Peter dan kawan-kawan disingkirkan oleh Korea di perempat final, dan kali ini, mereka kembali tersisih di babak delapan besar setelah dihentikan oleh tim tuan rumah Malaysia.
Namun tampaknya semua itu tidak membuat pria yang fasih berbahasa Inggris dan Jerman tersebut penasaran mengejar Piala Thomas. Usia membuatnya sadar diri.
Hingga Olimpiade
Lain di Thomas, lain pula untuk karir pribadinya. Meski berniat mengakhiri karirnya di Piala Thomas, Peter berharap karirnya sebagai pemain bulu tangkis masih dapat berlanjut hingga Olimpiade 2012 di London, Inggris.
"Saya akan terus (bermain) hingga satu atau satu setengah tahun lagi, mungkin hingga Olimpiade, saya masih belum tahu. Kita lihat saja bagaimana," kata ayah dua anak tersebut.
"Selama saya menikmati bermain seperti ini, saya bisa terus, saya sangat menikmatinya, tidak ada alasan mengapa harus berhenti. Selama setengah tahun terakhir sama masih mampu mengalahkan Taufik Hidayat dan Lin Dan," katanya.
Pada All England tahun ini, Peter kembali memupus harapan juara Olimpiade Athena Taufik Hidayat untuk meraih gelar juara All England, seperti pada final 1999, dengan menyisihkannya di perempat final.
Sepekan kemudian, ia mengalahkan pemain nomor satu China Lin Dan di Swiss Super Series.
Cita-citanya untuk menjadi pendobrak dominasi Asia di dunia bulu tangkis agaknya telah tercapai.
"Saya amat senang akhirnya bisa mengalahkan Lin Dan lagi, sudah empat tahun sejak terakhir kali (mengalahkan dia)," katanya.
Dengan penampilannya yang cukup konsisten, Peter hingga saat ini masih menempati posisi lima besar dalam peringkat dunia, dan masih menjadi pemain terbaik di negaranya.
Suami Camilla Hoeg itu mengenal bulu tangkis saat berusia enam tahun. Orang tuanya yang pemain bulu tangkis amatir memperkenalkan anaknya dengan olah raga tersebut dengan mengajaknya bermain bersama.
Pada usia 18 tahun, ia menjadi juara dunia junior meskipun bukan sebagai pemain tunggal. Dan sejak saat itu, hampir tidak pernah satu tahun terlewati tanpa gelar.
Di samping puluhan gelar juara turnamen grand prix, penggemar klub sepak bola asal Inggris Liverpool itu, sangat dominan di Eropa, terbukti dengan lima gelar juara Eropa yang ia kumpulkan dan hampir setiap tahun sejak 2000 menjadi yang terbaik di negaranya.
Namun gelar juara dunia dan Olimpiade belum diraihnya. Hasil terbaik pada kejuaraan dunia dicapai pada 2001 saat ia berakhir sebagai runner-up, sedang di Olimpiade, ia kalah di semifinal 2000 serta perempatfinal 2004 dan 2008.
Di Olimpiade Sydney 2000, ia kalah oleh Ji Xinpeng asal China yang akhirnya menjadi juara, begitu pula di Athena 2004 kalah oleh peraih medali emas Taufik Hidayat, dan pada 2008 di Beijing, sang juara Lin Dan yang menyingkirkannya.
Adakah itu yang membuatnya ingin mencoba lagi di Olimpiade London 2012 saat usianya mencapai 36 tahun? Siapa tahu.
(F005/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010