New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak jatuh pada Kamis, di bawah tekanan dari penguatan dolar dan meningkatnya stok di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juni, turun 1,25 dolar menjadi 74,40 dolar per barel setelah jatuh serendah 73,62 dolar, tingkat terendah dalam tiga bulan.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengirinam Juni turun 1,09 dolar menjadi 80,11 dolar.

Mata uang tunggal Eropa turun tajam terhadap dolar pada Kamis, karena pedagang mencari "safe haven" (tempat berlindung yang aman) mata uang AS dalam menghadapi kekhawatiran memuncaknya utang dan defisit zona euro.

Unit zona euro tenggelam serendah 1,2540 dolar - tidak jauh dari terendah 14-bulan 1,2529 dolar yang tercapai satu minggu yang lalu.

"Sebuah euro yang masih lemah membebani harga," kata analis VTB Capital Andrey Kryuchenkov.

Sebuah greenback yang kuat membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli menggunakan mata uang lemah.

Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional akhir pekan lalu menyetujui paket penyelamatan 750-miliar (satu triliun dolar) untuk Yunani dan anggota zona euro lainnya yang bermasalah.

Namun, kekhawatiran tentang bagaimana paket penyelamatan akan dilakukan, mengurangi euforia awal atas kesepakatan.

Faktor lain yang mendorong harga minyak turun pada Kamis adalah meningkatnya timbunan energi AS yang menunjukkan melemahnya permintaan di ekonomi terbesar dunia yang pulih dari resesi.

Departemen Energi AS Rabu mengatakan, cadangan minyak mentah naik 1,9 juta barel minggu lalu - lebih dua kali lipat dari perkiraan analis.

Stok di pusat utama terminal Cushing, Oklahoma, naik mencapai rekor 37 juta barel dari 36,2 juta minggu sebelumnya.

Pada Rabu, Badan Energi Internasional (IEA) memangkas proyeksi untuk permintaan minyak global tahun ini dalam menghadapi tekanan keuangan publik di Eropa dan tempat lain yang dapat menggagalkan pemulihan global dari resesi.

Permintaan minyak dunia diproyeksikan mencapai 86,4 juta barel per hari tahun ini, naik 1,9 persen dari 2009 tetapi 220.000 barel per hari di bawah perkiraan IEA sebelumnya.

"Stok semakin besar, permintaan tidak kembali sebagaimana yang diharapkan," kata Mike Fitzptarick, wakil presiden MF Global.

"Paling yang bisa dikatakan adalah bahwa sentimen telah berayun kembali menuju skeptisisme yang layak, pemulihan berkelanjutan sedang berlangsung," katanya.

"Dalam faktanya, melihat ke belakang, kadang-kadang di masa depan, dapat mengidentifikasi hari ini seperti menyingsing kesadaran bahwa spiral deflasi yang panjang telah dimulai." (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010