Jakarta (ANTARA/JACX) - AstraZeneca merupakan salah satu mitra penyedia vaksin COVID-19 di Tanah Air, layaknya Sinovac, Sinopharm, Cansino, dan Pfizer.
Kandidat vaksin COVID-19 dari Inggris yang dikembangkan perusahaan farmasi AstraZeneca dengan Universitas Oxford itu, diprediksi mulai tersedia pada kuartal kedua 2021.
Namun, baru-baru ini muncul kabar yang menyatakan vaksin AstraZeneca menggunakan jaringan janin manusia yang diaborsi atau MRC-5 dalam pengembangannya.
Klaim tersebut beredar melalui sebuah video berdurasi lima menit lebih, dengan narasi seorang wanita tidak dikenal.
Namun, benarkah vaksin COVID-19 AstraZeneca menggunakan jaringan janin aborsi?
Penjelasan:
Juru bicara AstraZeneca mengonfirmasi perusahaan mereka tidak menggunakan sel MRC-5 dalam pengembangan vaksin, sebagaimana diberitakan Associated Press News dalam artikel "Lung tissue from aborted fetus not used in AstraZeneca vaccine development".
Vaksin AstraZeneca dan Oxford mengandalkan virus flu simpanse yang tidak berbahaya untuk membawa lonjakan protein virus corona ke dalam tubuh sehingga dapat menciptakan respons imun.
Selain itu, tim pengembangan Universitas Oxford juga menambahkan sel yang digunakan dalam pengembangan vaksin tersebut merupakan hasil KLONING dari sel TREX 293 Ginjal Embrio Manusia.
Kloning, mengacu informasi dari Wikipedia, adalah usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan DNA atau gen, sel, atau organisme.
Dengan demikian, sel yang dipakai bukan merupakan jaringan asli yang berasal dari manusia. Melainkan sel buatan, hasil pengembangan para peneliti yang menyerupai jaringan asli.
Klaim: Vaksin COVID-19 Astra Zeneca gunakan jaringan janin aborsi
Rating: Salah/Misinformasi
Baca juga: Menko Airlangga luruskan kabar pembatalan beli vaksin Astra Zeneca
Baca juga: Menristek: Vaksin Merah Putih bisa diekspor
Baca juga: Pakar: Vaksin investasi hidup aman dari COVID-19
Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2020