Jakarta (ANTARA) - Juara dunia tujuh kali Lewis Hamilton menyerukan agar Formula 1 dapat melakukan tindakan tegas mengenai masalah hak asasi manusia (HAM) di setiap negara yang menjadi venue ajang balap jet darat itu.
Komentar tersebut disampaikan Hamilton menjelang dua balapan F1 di Bahrain yang akan dimulai akhir pekan ini. Ia mengaku telah menerima surat dari Institut HAM dan Demokrasi (BIRD) saat tiba di Bahrain.
Ia mengaku akan mempelajari lebih lanjut tentang dugaan pelanggaran HAM di negara Timur Tengah itu.
“Masalah HAM di negara yang kami kunjungi adalah masalah yang terus berlangsung secara konsisten dan masif. Ini adalah masalah yang penting,” kata dia dalam laman ESPN, Jumat.
Pebalap tim Mercedes itu mengatakan bahwa masalah pelanggaran HAM menjadi isu penting yang harus selesaikan. Formula 1 atau kompetisi olahraga lainnya di dunia, menurut dia, harus bisa menjadi medium bersuara dan mendorong perubahan.
Baca juga: Albon fokus tiga balapan terakhir untuk buktikan diri ke Red Bull
Formula 1 sebetulnya sudah mengambil langkah yang tepat dalam penegakan HAM. Salah satu contohnya adalah mendukung kampanye ‘Black Lives Matter’ serta mengizinkan para pebalap berlutut sebelum balapan dimulai. Namun menurutnya masih diperlukan langkah-langkah yang lebih tegas daripada itu.
“Kami adalah salah satu dari sedikit olahraga yang pergi ke banyak negara berbeda. Saya yakin olahraga harus berbuat lebih banyak,” kata Hamilton.
“Tetapi penting untuk memastikan bahwa semua dilakukan dengan cara yang benar. Tidak hanya lewat lisan, tetapi juga tindakan nyata.”
Bahrain menjadi salah satu negara yang mendapat sorotan tajam dari para aktivis HAM termasuk Amnesty Internasional karena diduga telah melakukan pelanggaran HAM terhadap warganya.
Salah satu yang pernah ramai diperbincangkan adalah kasus penahanan aktivis Najah Yusuf yang dipenjara pada 2017 dan diduga disiksa akibat mengkritik GP Bahrain melalui media sosial.
Baca juga: Kubica gantikan Raikkonen di FP1 Grand Prix Bahrain
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2020