Lebak (ANTARA News) - Dokter Syarip Usman yang diduga terlibat jaringan terorisme dan ditangkap di Hotel Sofyan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/5) lalu, adalah seorang mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Lebak, Banten.
"Saya tahu dia sama-sama dalam kepengurusan IDI," kata Kepala Puskesmas Mekarsari Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, dr Imbar, Selasa.
Imbar mengatakan, dirinya tidak mengetahui persis aktivitas keseharian Syarip di luar kegiatan IDI karena kesibukannya masing-masing.
Imbar mengaku mengetahui penangkapan ketua IDI masa bakti 2005-2010 oleh aparat Densus 88 itu setelah membaca media massa.
"Saya hanya merasa prihatin juga sesama teman seprofesi," katanya.
Meskipun berteman dalam kepengurusan IDI, Imbar mangakui tidak begitu akrab dengan Syarip yang dikenalnya sebagai orang yang tertutup.
Begitu pula teman-teman lainya tidak begitu dekat karena dia selalu menjauhkan diri.
"Saya tahu dia itu orangnya baik, sopan dan taat beragama," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak H Maman Sukirman mengatakan bahwa dr Syarip Usman pernah menjadi Ketua IDI periode 2005-2010.
Selama menjadi ketua IDI, dokter Syarip Usman sangat baik dan sering berkerjasama dalam menggelar bakti sosial seperti pengobatan massal maupun sunatan massal.
"Saya sama sekali tidak menyangka dia itu diduga terlibat jaringan terorisme," kata Maman yang mengenal Syarip sebagai pribadi yang baik dan agamis.
Sementara Isyu (48), seorang pengojek yang sering mangkal di depan kediaman Syarip Usman di Jalan Kartini Rangkasbitung, mengaku selama beberapa hari terakhir ia belum bertemu dokter Syarip Usman.
Biasanya, kata dia, setiap pagi dia buka praktik dan banyak pasien yang berobat, namun sekarang rumah berlantai dua itu sepi dan pagarnya tertutup rapat.
Saat ini, rumah kediaman Syarip Usman hanya dihuni oleh tiga pembantu rumah tangga.
"Selama ini saya tidak ketemu lagi dia setelah adanya penangkapan Densus 88 itu," katanya.
Ia menambahkan, selama tiga tahun dia tinggal di Jalan Kartini Rangkasbitung tidak bergaul dengan masyarakat dan selalu menutup diri.
Warga hanya mengetahui dia seorang dokter dan buka praktek pengobatan.
"Saya kira dia itu masuk kelompok pengajian di luar daerah karena setiap pekan selalu pergi ke Jakarta," katanya.
(ANT/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010