Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebut krisis Yunani dan penarikan likuiditas sebagai dua faktor yang harus diwaspadai dalam menyusun Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011.
Hal itu dikemukakan oleh Menkeu di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa malam, usai menghadiri rapat kabinet paripurna membahas mengenai Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2011.
"Kalau dilihat resiko 2011, maka dua faktor dari sisi ekonomi akan menciptakan dinamika yang harus dikelola resikonya. Krisis Yunani juga akan menjadi faktor yang akan menyebabkan dinamika resiko yang dipersepsikan menular, sehingga dikhawatirkan penarikan likuiditas akan berpengaruh pada ekonomi nasional," jelasnya.
Ia mengakui ada kekhawatiran krisis Yunani dapat menyebar ke sejumlah negara Eropa lainnya, antara lain Portugal dan Spanyol.
"Ini faktor yang harus dikelola risikonya," katanya.
Menurut dia, hal itu boleh jadi berdampak pada antara lain suku bunga dan nilai tukar rupiah.
"Ini akan memberikan dampak, arahnya adalah pelemahan," ujarnya.
Selain itu, dia mengemukakan, krisis Yunani memberikan dampak netralisir yaitu likuiditas global yang masih sangat banyak dan proses pengetatan kebijakan ekonomi dari negara-negara maju yang akan dijaga secara hati-hati.
Pekan lalu Pejabat sementara (Pjs) Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, mengatakan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS karena kepanikan pasar terhadap potensi penebaran krisis Yunani.
Menurut Darmin, kepanikan pasar ini juga dipicu oleh merosot perdagangan saham di Wall Street karena pengaruh krisis Yunani tersebut.
Darmin menegaskan, kondisi ini karena pelaku pasar panik dan menempatkan dananya yang lebih aman.
Dia juga menegaskan bahwa kondisi ini tidak hanya menimpa Indonesia, negara-negara lain pun mengalami kondisi serupa.
(T.G003*D013/A027/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010