Teheran (ANTARA News) - Perunding terkemuka nuklir Iran, Saeed Jalili, akan mengadakan perundingan dengan ketua bidang luar negeri Uni Eropa, Catherina Ashton, di Turki, kata juru bicara kementerian luar negeri Iran, Selasa.
"Ashton meminta bertemu beberapa kali. Iran menyetujui ini, namun mengenai tanggalnya belum ditetapkan. Tentang tempat, Turki mengisyaratkan bahwa pertemuan itu akan di selenggarakan di sana, kami tidak melihat adanya masalah mengenai hal itu," kata Ramin Mehmanparast.
Dia mengatakan kepada para wartawan, bahwa Jalili, yang adalah sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, akan mewakili Teheran dalam perundingan itu.
Ashton mengatakan di Brussels Senin, bahwa dia siap untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Iran, namun hanya mengenai program nuklir yang kontroversial itu.
"Kami akan menunggu dan melihat masalah-masalah apa yang dia ingin diskusikan," kata Mehmanparast.
Dia menegaskan, bahwa program nuklir Iran menjadi materi bahasan dengan Badan Tenaga Atom Internasional.
"Jika dia ingin membawa masalah-masalah internasional, kami akan mempelajari dan pertukaran bahan bakar nuklir menjadi formulanya," kata juru bicara itu.
Ashton minta Ankara untuk mengontak pihak yang berwenang Iran dan berupaya untuk menggelar perundingan atas nama enam negara kuat dunia, yang terlibat dalam upaya-upaya membujuk Teheran untuk menghentikan pengayaan uraniumnya, kata seorang juru bicara di Brussels.
Iran telah menerima tiga sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berkaitan dengan penolakan menghentikan pengayaan uraniumnya yang sensitif, dan beresiko mendapat sanksi-sanksi selanjutnya berkaitan dengan pembangkangannya.
Negara-negara Barat selama ini menuduh republik Islam itu berusaha mengembangkan persenjataan nuklir di balik kedok program energi nuklir sipilnya. Namun tuduhan-tuduhan tersebut dibantah keras oleh Teheran.
Iran juga tampak enggan mengenai kesepakatan yang diprakarsai PBB pada Oktober, yang menginginkan cadangan uranium hasil pengayaan rendahnya dikapalkan ke luar negeri untuk selanjutnya diperkaya guna memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir bagi reaktor riset Teheran.
Kesepakatan tersebut terhenti setelah Iran menegaskan, pertukaran kedua materi itu hendaknya dilakukan secara serentak di wilayah perbatasannya.
Mehmanparast Selasa mengatakan, bahwa Iran telah membahas `satu formula baru` untuk pertukaran bahan bakar nuklir dengan Turki dan Brazilia - keduanya adalah anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Kedua negara menentang sanksi-sanksi baru terhadap Iran dan meningkatkan upaya-upaya bagi pemecahan diplomatik atas kebuntuan nuklir itu.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan akan berkunjung ke Iran pada saat Presiden Brazilia Luiz Inacio Lula da Silva, akan melakukan kunjungan resmi ke Teheran 16-17 Mei, kata juru bicara itu.
"Perundingan-perundingan akan digelar" dengan kedua pemimpin mengenai kesepakatan bahan bakar nuklir tersebut, katanya menambahkan.
AFP/H-AK/B002
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010