Tanjungpinang (ANTARA) -
Perusahaan asing berskala besar, PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau optimis pabrik pengelolaan bauksit menjadi alumina mulai beroperasi awal tahun 2021.
Direktur Utama PT BAI, Santoni, di Galang Batang, Bintan, Jumat, mengatakan, pabrik pengelolaan bauksit ini merupakan satu-satunya di Kepri.
Menurut dia, pengerjaan proyek "smelter" (fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam) sudah hampir selesai sehingga diperkirakan pada Januari atau Februari 2021 dapat beroperasi.
Bahan baku bauksit yang diolah di PT BAI tidak hanya dari Pulau Bintan, melainkan juga dari sejumlah daerah di Kalimantan. PT BAI akan memproduksi alumina dari bauksit dengan kadar alumina yang tinggi. Di Kalimantan banyak potensi bauksit dengan kadar alumina tinggi.
"Kalau untuk pasokan listrik sudah hampir siap. Kami perkirakan PLTU di lokasi operasional beraoperasi mulai Desember 2020," kata Santoni.
Ia mengemukakan pembangunan "smelter" di PT BAI sudah berlangsung sekitar tiga tahun lalu. Nilai investasi yang ditanam untuk pembangunan PLTU dan "smelter" mencapai Rp30 triliun.
Lahan yang digunakan di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang itu sekitar 2300 hektare.
"Ada kendala sedikit terkait klaim lahan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai penggarap lahan. Kami serahkan persoalan ini kepada pihak yang berwajib," ujarnya.
Santoni mengatakan investasi di Galang Batang ini tidak hanya menambah pendapatan daerah dan negara, melainkan juga mendorong pertumbuhan ekonomi
"Kami utamakan warga lokal bekerja di PT BAI. Bahkan kami memberi pelatihan khusus kepada mereka di China," tuturnya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020