Lebak (ANTARA News) - Rumah dokter Syarip Usman di Jalan Kartini Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, sepi setelah penangkapan orang-orang telibat jaringan terorisme Densus 88 di Hotel Sopiyan Menteng, Jakarta Pusat.
Rumah dua tingkat di Jalan Kartini Rangkasbitung yang diduga terlibat jaringan terorisme di Indonesia ditutup rapat-rapat setelah pascapenangkapan Densus 88 di Jakarta.
Biasanya setiap pagi rumah bercat putih itu ramai dikunjungi pasien, namun kini sepi dengan hanya meninggalkan seorang pembantu rumah tangga.
"Bapak lagi di Jakarta belum pulang," kata tetangganya yang enggan disebutkan namanya, Selasa.
Ia mengaku tidak mengetahui keberadaan Syarif, namun biasanya dua sampai tiga hari ia pulang ke Rangkasbitung. Syarif membuka praktik pengobatan di rumah dan klinik apotik Banten Farma di Jalan Hardiwinangun.
"Sepengetahuan saya Bapak di Jakarta buka praktek pengobatan juga," katanya.
Anang (50) Ketua RT 02/RW16 warga Pasir Kongsen mengaku sejak tiga tahun tinggal di daerah itu Syarip Usman belum pernah bergaul dengan warga setempat, bahkan dia sering menggelar pengajian yang jemaahnya dari luar daerah.
"Saya tahu dia hanya seorang dokter dan melayani pengobatan di rumahnya yang cukup besar itu," katanya.
Dia menyebutkan, selama ini rumah kediaman dokter itu sepi dan hanya dihuni seorang pembantu rumah tangga.
Warga terkejut setelah mengetahu dari media bahwa seorang dokter di Rangkasbitung diduga penyandang dana gerakan terorisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
"Saya belum mengetahui persis dan belum membahas masalah ini. Saya hanya tahu dokter Syarip Usman ditangkap Densus 88 dari pemberitaan saja," kata Sekertaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Lebak dr Dani Ramdani.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak H Maman Sukirman mengatakan dokter Syarip Usman yang ditangkap Densus 88 bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Saya tahu dia pernah menjadi pengurus IDI Kabupaten Lebak," jelasnya. (*)
ANT/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010