Hilla, Irak (ANTARA News/AFP) - Dua ledakan bom mobil di sebuah pabrik, yang disusul dengan serangan bom bunuh diri terhadap pekerja penanganan darurat, dan ledakan-ledakan terkoordinasi yang ditujukan pada pasukan keamanan menewaskan 77 orang, Senin, hari paling mematikan di Irak tahun ini.

Lebih dari 20 serangan dilakukan di berbagai penjuru Irak, yang menandai peningkatan kekerasan ketika negara itu berusaha membentuk pemerintah baru, dua bulan setelah pemilihan umum yang dianggap penting bagi penarikan pasukan AS sebelum 31 Agustus.

Serangan paling mematikan terjadi ketika dua kendaraan yang dipasangi bom meledak dalam selang waktu beberapa menit di tempat parkir sebuah pabrik tekstil di kota wilayah tengah, Hilla, 95 kilometer sebelah selatan Baghdad, ketika para pekerja naik bis untuk pulang.

Sekitar satu jam kemudian, sebuah ledakan besar yang kata pejabat kementerian dalam negeri berasal dari penyerang bunuh diri yang memakai sabuk bom menghancurkan tempat itu ketika pekerja penangananan darurat merawat korban di lokasi kejadian.

Seorang pejabat di rumah sakit Hilla mengatakan bahwa ledakan-ledakan itu, yang menyerang Perusahaan Industri Tekstil Negara sekitar pukul 13.30 (pukul 17.30 WIB), menewaskan 38 orang dan melukai 123 lain. Seorang pejabat kementerian dalam negeri menyebut jumlah kematian 36.

Seorang juru bicara kepolisian Babil mengkonfirmasi bahwa kedua mobil itu meledak di tempat parkir pabrik itu ketika pekerja sedang pulang, dan ledakan ketiga yang ditujukan pada pekerja penanganan darurat terdengar sekitar satu jam kemudian.

Seorang polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pasukan keamanan menerima informasi intelijen mengenai bom-bom mobil yang akan diledakkan di kota itu dan telah memeriksa beberapa lokasi sebelum ledakan-ledakan itu terdengar.

Sebelumnya Senin di ibukota Irak, Baghdad, serangan-serangan penembakan dengan senjata otomatis dilakukan terhadap enam pos polisi atau militer di wilayah timur dan barat kota itu, yang menewaskan tujuh orang, kata pejabat kementerian dalam negeri itu.

Dua polisi lain tewas dalam tiga serangan bom di Baghdad selatan dan barat, tambahnya.

Sementara itu, dua serangan bom dekat masjid di Suwayrah, 60 kilometer sebelah tengggara Baghdad menewaskan 11 orang dan melukai 70 lain, kata seorang letnan polisi kepada AFP.

Duabelas orang lagi tewas dalam serangan-serangan terpisah di sekitar bekas benteng gerilyawan Sunni Fallujah, sebelah barat Baghdad, kota wilayah utara, Mosul, di Iskandiriyah sebelah selatan Baghdad, dan dekat Tarmiyah sebelah utara ibukota Irak tersebut.

Di Basra, Irak selatan, ledakan bom mobil di sebuah pasar menewaskan tujuh orang.

Jumlah kematian Senin itu merupakan yang tertinggi sejak 8 Desember, ketika 127 orang tewas dalam lima ledakan bom mobil besar di Baghdad.

Kekerasan turun secara dramatis di Irak sejak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, namun serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010