Bekasi (ANTARA News) - Jamaah Anshorut Tauhid Bekasi, Jawa Barat, menilai upaya penangkapan terhadap empat tersangka teroris di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, oleh Detasemen Khusus 88 adalah penculikan terhadap warga negara.

"Keempat tersangka teroris itu adalah jamaah pengajian kami yang tidak ada sangkut pautnya dengan jaringan teroris," ujar Koordinator Media Anshorut Tauhid (JAT), Ahmad Fateh, kepada ANTARA di Bekasi, Senin.

Menurut dia, penangkapan terhadap Haryadi Usman, Haris Alfalah, Hendro Sulthon dan Nining alis Lulu yang merupakan istri dari tersangka Haryadi Usman di Kampung Cijengkol RT03 RW09, Desa Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, pada tanggal 6 Mei 2010 termasuk kategori penculikan.

"Ini bukan penangkapan tapi kita yakin ini penculikan oleh tim Densus 88. Sebab, sifat dakwah kami terbuka untuk umum. Hingga kini kami tidak tahu keberadaan mereka yang menimbulkan keresahan bagi pihak keluarga dan teman-teman," ujarnya.

Dikatakan Ahmad, tim Densus 88 tidak menemukan bukti kuat terkait jaringan teroris dari lokasi penggerebekan. Selain itu, bukti yang dibawa dari rumah pasangan suami istri Haryadi Usman dan Nining di Perumahan Narogong Indah, Jalan Megah 9 nomor 11 RT03 RW21 nomor 12, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi hanya sebuah dokumen keagamaan.

Ahmad mengaku baru mengetahui kabar penangkapan terhadap empat rekannya melalui tayangan salah satu TV swasta. Pihaknya hingga kini belum mengetahui status dari rekannya yang tertangkap.

"Sampai kini `handphone` Haryadi Usman dan Nining belum dapat dihubungi. Sehingga kami belum mengetahui status resmi penangkapan dari rekan kami. Kami masih berupaya membebaskan mereka," ujarnya.

Sementara itu, Ketua RW 21 Perumahan Narogong Indah, Paryono, mengatakan dakwah yang digelar JAT bersifat pengajian secara rutin dari rumah ke rumah anggota secara rutin sepekan sekali setiap hari Sabtu.

"Kegiatannya dilakukan secara tertutup, karena warga lainnya di sekitar perumahan ini tidak ada yang ikut," katanya.

Selain itu, kata dia, kegiatan pengajian diikuti oleh puluhan anggota yang berasal dari luar wilayah. "Sebab, saya lihat banyak yang menggunakan kendaraan roda empat dan motor yang parkir di depan rumah Haryadi Usman dan Nining. Haryadi dan keluarga telah tinggal di perumahan ini sejak sembilan tahun yang lalu," katanya.

Paryono menambahkan, seluruh jamaah perempuan yang mengikuti kegiatan tersebut diwajibkan bercadar dan berpakaian tertutup. Pihaknya mengaku belum mendapatkan permohonan izin terkait aktivitas tersebut.

"Yang saya tahu, kami belum mendapat laporan terkait aktivitas itu," katanya.
(KR-AFR/T004)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010