Jakarta, 10/5 (ANTARA) - Kekayaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia saat ini masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan. "Kurang maksimalnya pemanfaatan tersebut terjadi karena nelayan penangkap ikan sebagian besar merupakan pelaku usaha mikro dan skala kecil. Sebagai pelaku usaha kecil, nelayan kerap kali kesulitan melaut karena tingginya biaya produksi akibat mahalnya harga BBM", demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam pelaksanaan uji coba aplikasi konversi BBM ke gas bagi kapal nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lekok, Jawa Timur hari Sabtu (8/5).

Melihat hal tersebut, sebagai sikap keberpihakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada ekonomi rakyat kecil khususnya nelayan, maka KKP bersama Pertamina terus berupaya untuk meningkatkan alokasi BBM bersubsidi bagi nelayan, juga melakukan penelitian sehingga biaya produksi tidak lagi menjadi kendala bagi nelayan dalam melaut. Melaui aplikasi konversi semacam ini maka nelayan memiliki opsi bahan bakar alternatif yang lebih terjangkau. Dengan bahan bakar yang terjangkau maka biaya operasional semakin ringan. Akibatnya tentu saja keuntungan penghasilan nelayan dari melaut akan meningkat sehingga nelayan dapat menjadi lebih sejahtera, tegas Fadel.

Penelitian yang dilakukan oleh PT Setindo Raya ini menggunakan Compressed Natural Gas (CNG) sebagai bahan alternatif BBM. Konversi dilakukan melalui penggunaan cylinder serta peralatan lain agar mesin yang milik nelayan yang saat ini menggunakan BBM dapat memakai CNG sebagai bahan bakar. Dibandingkan menggunakan diesel, penggunaan CNG pada mesin kapal nelayan yang berumur 10 tahun lebih hemat, mesin semakin lebih terawat dan ramah lingkungan. Penggunaan diesel sebanyak 10 liter dengan nilai Rp. 45 ribu, setelah dilakukan konversi pengunaan BBM setara dengan penggunaan 2 liter diesel dan 6 liter CNG sehingga nelayan dapat menghemat sebanyak Rp. 16.500 dengan asumsi harga CNG yang berlaku saat ini sebesar Rp. 3.250 per liter. Selain itu, penggunaan CNG, juga dapat memperlama masa pakai mesin kapal nelayan mengingat suhu mesin menjadi lebih stabil.

Selain membantu meringankan biaya operasional, CNG juga memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki BBM. Selain harganya yang terjangkau, CNG juga ramah lingkungan sehingga bila dioperasikan tidak mencemari ekosistem maupun sumberdaya kelautan dan perikanan. Meski demikian masih terdapat kendala dalam pengaplikasian penggunaan CNG untuk mesin kapal nelayan. Penggunaan cylinder dan peralatan yang berkaitan dengan CNG membutuhkan investasi awal yang relatif mahal bagi sebagian besar nelayan. Selain itu saat ini Alokasi Gas yang memadai untuk produsen CNG yang memiliki fasilitas retail sales masih sangat sedikit, sehingga dikhawatirkan dapat menghambat alokasi stok CNG bagi nelayan. Berdasarkan pengalaman pada saat krisis bahan bakar dan harga solar mengalami kenaikan, banyak nelayan beralih ke minyak tanah, yang masalah justru kelangkaan minyak tanah di lokasi nelayan.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Soen'an H. Poernomo, M. Ed, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 08161933911)


Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010